Sejarah Terbentuknya Pulau Bali, Legenda Manik Angkeran
Ternyata, menurut Legenda, Pulau Bali dan Pulau Jawa dulunya menjadi satu kesatuan. Kenapa lantas terpisah? Legenda Empu Sidi Mandra (disebut pula Sidi Matra) dan Manik Angkeran (disebut juga Manik Angkara) menjelaskan pada kita.
Alkisah, Brahmana suci Empu Sidi Mandra di daratan yang kini kita sebut Jawa dan Bali memiliki anak bernama Manik Angkeran. Sang anak ini suka berjudi. Empu Sidi Marta prihatin dan menitipkan pada Brahmana Danghyang Nirartha alias Pedanda Bau Rauh.
Danghyang Nirartha memerintahkan Manik Angkeran untuk bertapa di sebuah lubang di wilayah Pura Besakih. Lubang pertapaan itu konon terhubung dengan Gua Lawa di Klungkung.
Manik Angkeran saat bertapa punya firasat akan ditemui naga Besukih dan dia merencanakan untuk meminta ajian agar selalu menang judi. Oleh naga Besukih dituruti. Manik Angkeran keluar dari pertapaan, tidak kembali ke Danghyang Nirarta, melainkan berjudi dan berjudi. Berkat ajian dari Naga Besukih, Manik Angkeran menang terus.
Manik Angkeran kembali ke pertapaan untuk meminta kemenangan lebih besar. Naga Besukih muncul. Manik Angkeran melihat ekor Naga Besukih bertahtakan emas langsung memotong ekor tersebut dan membawa ekor tersebut berlari. Naga Besukih mematok pijakan kaki Manik Angkara dan seketika Manik Angkeran meninggal.
Danghyang Nirartha mencari Manik Angkeran karena sudah lama tidak pulang. Naga Besukih membeberkan semua kisah yang dialaminya. Naga Besukih ekornya disatukan kembali oleh Danghyang Nirartha dan Manik Angkeran dihidupkan kembali dan bertobat.
Versi lain menyebut bahwa yang menghidupkan Manik Angkeran adalah ayahnya sendiri, Empu Sidi Mandra, yang sangat menyayangi anaknya. Namun ia menyuruh anaknya untuk hidup terpisah dengannya. Di tempat pertemuan antara ayah dan anak tersebut, timbul sumber mata air yang berasal dari airmata sang ayah. Makin lama makin besar sumber air tersebut. Dengan tongkatnya, Sidi Mandra membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Sekarang tempat tersebut disebut Selat Bali, yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.
Alkisah, Brahmana suci Empu Sidi Mandra di daratan yang kini kita sebut Jawa dan Bali memiliki anak bernama Manik Angkeran. Sang anak ini suka berjudi. Empu Sidi Marta prihatin dan menitipkan pada Brahmana Danghyang Nirartha alias Pedanda Bau Rauh.
Danghyang Nirartha memerintahkan Manik Angkeran untuk bertapa di sebuah lubang di wilayah Pura Besakih. Lubang pertapaan itu konon terhubung dengan Gua Lawa di Klungkung.
Manik Angkeran saat bertapa punya firasat akan ditemui naga Besukih dan dia merencanakan untuk meminta ajian agar selalu menang judi. Oleh naga Besukih dituruti. Manik Angkeran keluar dari pertapaan, tidak kembali ke Danghyang Nirarta, melainkan berjudi dan berjudi. Berkat ajian dari Naga Besukih, Manik Angkeran menang terus.
Manik Angkeran kembali ke pertapaan untuk meminta kemenangan lebih besar. Naga Besukih muncul. Manik Angkeran melihat ekor Naga Besukih bertahtakan emas langsung memotong ekor tersebut dan membawa ekor tersebut berlari. Naga Besukih mematok pijakan kaki Manik Angkara dan seketika Manik Angkeran meninggal.
Danghyang Nirartha mencari Manik Angkeran karena sudah lama tidak pulang. Naga Besukih membeberkan semua kisah yang dialaminya. Naga Besukih ekornya disatukan kembali oleh Danghyang Nirartha dan Manik Angkeran dihidupkan kembali dan bertobat.
Versi lain menyebut bahwa yang menghidupkan Manik Angkeran adalah ayahnya sendiri, Empu Sidi Mandra, yang sangat menyayangi anaknya. Namun ia menyuruh anaknya untuk hidup terpisah dengannya. Di tempat pertemuan antara ayah dan anak tersebut, timbul sumber mata air yang berasal dari airmata sang ayah. Makin lama makin besar sumber air tersebut. Dengan tongkatnya, Sidi Mandra membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Sekarang tempat tersebut disebut Selat Bali, yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.
0 Response to "Sejarah Terbentuknya Pulau Bali, Legenda Manik Angkeran"
Post a Comment