Contoh Naskah Drama musikal natal
Contoh Naskah Drama musikal natal - Kami akan sampaikan disini Contoh Naskah Drama musikal natal lengkap sekali sehingga anda bisa mendapatkan Contoh Naskah Drama musikal natal dini selengkapnya dan tentunya ini akan bisa menjadi Contoh Naskah Drama musikal natal untuk pertunjukan anda dan tentunya Contoh Naskah Drama musikal natal ini akan bisa menjadi salah satu prestasi anda disaat anda melakukan Drama dengan teman-teman anda dipentas. Ini adalah salah satu Contoh Naskah Drama musikal natal terbaik yang bisa kami posting dan bisa menjadi pelajaran yang sangat berguna sekali karena Cerita Contoh Naskah Drama musikal natal ini sangat menyentuh hati, kocak dan sangat menyenangkan sekali saat dipentaskan dengan teman-teman nantinya.
Untuk itu dapatkan Contoh Naskah Drama musikal natal ini disini yang kami berikan lengkap sehingga bisa menjadi pertunjukan yang sangat bagus sekali, dan anda akan mendapatkan nilai bagus untuk Contoh Naskah Drama musikal natal ini, lengkap sekali Contoh Naskah Drama musikal natal ini dan pastinya kamu semua akan puas dengan Contoh Naskah Drama musikal natal tersebut, dan untuk untuk itu langsung dapatkan Contoh Naskah Drama musikal natal dibawah ini yang sobat semua.
*Echa, Lulu, Tasya, dan Vira memasuki Panggung, kemudian berkumpul berbincang-bincang*
Narator : “Hai penonton, kami berempat adalah teman dekat sejak dulu, suka duka sudah pasti pernah kami lalui bersama, tapi apakah persahabatan kami akan tetap bertahan ?”
Lulu : “Eh ga terasa ya kita berteman udah lama banget”
Tasya : “Iyaya, dari kecil kita udah deket dan bahkan bertahan sampai sekarang”
Echa : “Semoga kita tetep deket seperti sekarang ya”
Vira : “Tentu dong, karena tanpa kalian aku hanyalah butiran debu hihi..”
Lulu : “Berpelukaaannn” (Para pemain berpelukan)
*muncul Andika dan Riko*
Andika : “Eh teletubbies, yaelaa berpelukan mulu”
Riko : “Iyah, ajak-ajak gue bisa kali”
Lulu+Tasya+Echa+Vira : “Wooo maunya..”
Echa : “Tumben kalian jam segini udah datang ?”
Andika : “Yoi, emang kalian belum tau berita penting ?”
Tasya : “Hah ? berita apaan ?”
Riko : “Nih dengerin ya teletubbies, kita itu bakalan kedatangan temen cewe baru”
Vira : “Terus hubungannya sama kalian datang cepet apa ?”
Andika : “Katanya itu cewe cantik banget, anak gaul, orang kaya pula. Bakalan jadi target gue bro”
Riko : “Eh itu deh kayanya orangnya”
Nova : “Permisi, boleh aku gabung ?”
Andika+Riko : “Ooh boleh banget, mari gabung”
Nova : “Hallo salam kenal, aku Nova” (jabat tangan para pemain satu persatu)
Vira : “Kamu asalnya dari mana ?”
Nova : “Aku asalnya dari Surabaya”
Andika : “Hah Surga ? Ya ampun pantesan cantik banget”
Semua : “Surabaya wooyyy”
Tasya : “Tadinya gereja apa va ?”
Nova : “Aku dariii (perkataan terpotong)”
Riko : *Nyanyi* “Tak ku pandang dari gereja mana, asal kau berdiri atas firman-Nya, kalau hatimu
seperti hatiku, kau lah saudara dan saudariku” (gaya genit)
Semua : Modus woo modus
Riko : Ini namanya usaha coyy
Echa : Ya udah yuu kita masuk
*semua pemain meninggalkan panggung*
Narator : “Nova pun bergabung bersama teman-teman barunya. 1 bulan kemudian”
*Echa dan Lulu duduk berdua berbincang-bincang*
Echa : “Udah lama ya kita ga kumpul ber-4 lagi”
Lulu : “Iyaya, padahal baru sebulan tapi seperti udah lama banget”
Echa : “Sekarang Tasya dan Vira kalau di ajak kumpul ga bisa terus”
*Muncul Lamhot dan Evan*
Johanes : “Eh kalian berdua aja kaya ban motor”
Lulu : “Berdua ? Kita bertiga kali”
Evan : “Hah ? satu laginya siapa ?”
Lulu : “Tuhan Yesus, hehe”
Evan : “Yaelaaa kirain”
Johanes : “Tumben akhir-akhir ini kalian cuma berdua, biasanya ber-4”
Echa : “Enggak kok, kemaren-kemaren kita ber-4 ya lu ?”
Lulu : “Hehe Iyaa”
*Muncul Tasya, Vira dan Nova*
Evan : “Nah tuh Tasya sama Vira, eh kok tumben bareng Nova ?”
Nova : “Hay kalian”
Tasya : “Hay Echa, Lulu, lama ga ketemu”
Johanes : “Lho tadi katanya baru kemaren kalian kumpul ?”
Vira : “Hah ? Mana ada, kita tuh sebulan ini jalan-jalan terus, shopping-shopping, kalau ngajak mereka,
apalagi Echa, yaaahh mana sanggup dia ikutin kita”
Lulu : “Kok kamu ngomongnya gitu ?”
Nova : “Lho fakta kan ? emang kalian sanggup ikutin cara hidup kita yang baru ?”
Tasya : “Ya jelas enggak lah. Ooh iya, maaf ya kalau kita susah buat diajak kumpul ber-4, tunggu ada
waktu luang deh”
Evan : “Cewek aneh”
Vira : “Eh Evan lo diem ya, ga usah ikut campur”
Lulu : “Tasya, Vira, kok kalian jadi gini sih ? Inget kita itu sahabat, seharusnya saling mengasihi bukan menghakimi”
Tasya : “Ooh iya kita dulu sahabat, tapi sekarang kita menemukan sahabat yang sebenarnya, bukan kalian”
Nova : “Ya udah yuu kita jalan, keburu hujan nih. Jo, ikut kita yuu ?”
Johanes : “Ga usah makasih”
Nova : “Iih ayoo dong Jo, mau ya ?”
Evan : “Yee ko maksa sih”
Vira : “Yuu aah, kita duluan ya guys, by”
*Tasya, Vira dan Nova meninggalkan panggung*
Lulu : “Cha, ga usah masukin ke hati ya, mungkin dia cuma becanda”
Johanes : “Iya, cuekkin ajalah cha, kan masih ada aku ? hehe”
Echa : “Pulang yuu, aku pengen istirahat” *muka sedih*
Lulu : “Ya udah yuu, tapi jangan sedih gitu dong cha”
*Para pemain meninggalkan panggung*
Narator : Terkadang kita tak pernah bisa menebak jalan hidup kita ke depan, jalan persahabatan kita dengan teman, karena tak ada sebuah persahabatan yang mulus tanpa cobaan.
*Di rumah Echa, Echa merenung sendirian (bisa sambil memegang boneka, bermain gitar atau yang lainnya*
Echa : *Nyanyi Lagu Allah Peduli*
Banyak perkara
Yang tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Satu perkara
Yang kusimpan dalam hati
Tiada satupun kan terjadi
Tanpa Allah perduli
Mama : *masuk panggung, kemudian ikut nyanyi bareng sambil menghampiri Echa*
Reff :
Allah mengerti, Allah perduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
S’bab Allah mengerti
Echa : “Mamaa” (peluk mama)
Mama : “Kamu kenapa sayang ? Ada masalah apa ?”
Echa : “Echa gapapa ko ma”
Mama : “Ga usah boong sama mama, sini cerita sama mama”
Echa : “Ma, memangnya kalau mau punya temen deket harus jadi orang kaya dulu ya ma ?”
Mama : “Kok ngomongnya gitu ? Siapa yang bilang gitu ?”
Echa : “Tadi Tasya sama Vira bilang, katanya mereka sebulan ini pergi jalan-jalan, shopping bareng Nova temen baru kita yang anak orang kaya itu ma, makanya mereka ga pernah main lagi sama aku, soalnya aku ga mungkin bisa ikutin gaya mereka, karena aku kan ga punya uang banyak ma”
Mama : “Sayang, dengerin mama, ketika kita tidak berkelimpahan harta bukan berarti semuanya berakhir, masih ada teman yang lain yang mungkin lebih menerima kita apa adanya, yang lebih mengerti keadaan kita”
Echa : “Tapi ma, aku cuma punya sahabat mereka, tapi sekarang mereka jauh dari aku, sekarang aku cuma punya Lulu sahabat aku ma”
Mama : “No no no, kamu lupa satu hal, kamu masih punya satu sahabat sejati kamu, ia adalah Tuhan Yesus, kamu ingat lagunya”
Mama+Echa : *Nyanyi*
Ada satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
NamaNya Yesus (2x)
Nama Yesus
Yang menghibur hatiku. (2x)
Mama : “Nah sekarang kamu ga boleh sedih lagi ya, gimana kalau sekarang kita bikin kue kesukaan kamu?”
Echa : “Ayoo ma”
*Mama dan Echa meninggalkan panggung*
Narator : Benar kata mama penonton, jangan pernah kita merasa sendirian, karena kita punya satu sahabat sejati yang selalu ada untuk kita yaitu Tuhan Yesus Kristus
*Di gereja*
*Berkumpul seluruh anak muda, kemudian datang Bapak Pendeta*
Pendeta : “Sudah kumpul semua anak mudanya ? Hari ini bapa mau pilih salah satu dari kalian untuk menjadi Ketua Panitia Natal Pemuda”
Andika : “Sudah Pa”
Pendeta : “Kalau begitu mari duduk biar kita rundingkan”
*pemain duduk membentuk setengah lingkaran* (tidak membelakangi penonton)
Pendeta : “Setelah bapa lihat kinerja dari setiap kalian, bapa putuskan untuk ketua adalah Johanes, Wakil Ketua Echa, Sekretaris Tasya dan Andika, Bendahara Lulu dan Evan, untuk seksi bidang lainnya bapa serahkan sama kalian, gimana setuju dengan pilihan bapa ?”
Riko : “Ooh bapa yang pilihkan pa ? kirain mau sekalian dipilihkan sama DPR pa hhe”
Nova : “Lho kok aku ga masuk pa ?”
Pendeta : “Kamu kan baru disini, jadi bapa belum liat kinerjamu, kamu mungkin bisa di bagian seksi bidang”
Andika : “Makanya jangan seksi-seksi, jadinya masuk seksi bidang kan haha”
Tasya : “Ga bisa gitu dong pa, dia ini dulu ketua anak muda, dia ini berpengalaman banget waktu di kotanya pa”
Vira : “Iya betul itu pa”
Nova : “Pa, masa Echa jadi wakil ketua, bareng Jo pula, biasanya ya pa kalau di sinetron-sinetron tuh, yang keren ya sama yang keren lagi, yang kaya ya sama yang kaya lagi, masa ini Jo digabunginnya sama si upik abu, iyuuhh ga banget deh”
Johanes : “Nova, jaga omongan lo ya”
Nova : “Tapi kan Jo..”
Johanes : “Tapi sayangnya, Tuhan tak pernah menilai dari itu semua Nova”
Johanes+Echa+Lulu : *Nyanyi Bapa Selidiki Hatiku*
Terserah apa kata dunia
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Dunia boleh berkata tidak
Tapi kan kukatakan ya untukMu
Karna satu hal yang kutau
Karna satu hal yang kupercaya
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
*Kemudian datang Mama Echa, Bapa dan Ibu Nova* (Bapa dan Ibu Nova berpenampilan orang yang kurang mampu)
Mama : “Shalom, permisi pa”
Pendeta : “Shalom, ada yang bisa saya bantu bu ?”
Mama : “Ini pa, saya kesini bersama bapa dan ibu yang mau mendaftar jadi jemaat baru, yang kemarin sempat saya ceritakan pada bapa, kebetulan baru bisa datang sekarang, sebulan ini mengurus surat-surat pindahannya”
Nova : *berusaha menyembunyikan wajah agar tidak terlihat orang tuanya*
Pendeta: “Oh iya mari pa, bu. Nah anak-anak ini bapa dan ibu yang akan mendaftar menjadi anggota
jemaat baru, kalian lanjut ya bapa mau urus yang lain dulu”
Ibu Nova : “Lho pa, ko anak kita ada disini. Nak kok kamu disini ?”
Semua : “Hah ? Nak ?” *ekspresi kaget*
Pendeta : “Lho ini anak bapa ?”
Bapa Nova : “Iya pa, tapi kemarin dia ijin untuk berbeda gereja dengan kami, karena dia memaksa ya
kami ijinkan, yang pentingkan dia ibadah”
Ibu Nova : “Tapi kok kamu di gereja ini juga nak ? Kenapa ga bareng sama papa mama aja kesininya”
Tasya+Vira : “Apa ? Lho katanya anak orang kaya ?”
Tasya : “Lo nipu kita ya ?”
Nova : *Hanya tertunduk malu*
Vira : “Jawab dong va !”
Pendeta : “Tasya, Vira, kalian diam dulu ya. Jadi pa, bu, Nova ini benar-benar anak bapa dan ibu ?”
Bapa Nova : ‘Iya pa, Nova ini anak kami satu-satunya”
Pendeta : “Benar itu Nova ?”
Nova : “Iya pa” *menangis*
Vira : “Ya ampun, cantik-cantik kok tukang tipu”
Bapa Nova : “Maafkan anak kami pa, dek, mungkin dia masih belum bisa sepenuhnya menerima keadaan
kami ini”
Johanes : “Iya pa gapapa ko, kami mengerti”
Bapa Nova : “Nak, ayo minta maaf sama teman-teman mu”
Nova : “Semuanya maafin aku ya, Tasya, Vira, maaf aku udah boongin kalian, Echa maaf ya aku udah menghina kamu”
Echa : “Iya gapapa ko”
Tasya : “Eh gara-gara lo ya persahabatan gue jadi rusak”
Vira : “Iya gara-gara lo kita jadi jauh”
Johanes : “Bukan sepenuhnya salah dia, setidaknya dia nunjukin sisi lain dari diri kalian, ya yang menilai seseorang hanya karna harta duniawi”
Riko : “Makanya lo cewek-cewek, jangan pilih-pilih teman hanya karna harta dan rupa deh, mending kaya kita nih, siapapun ya jadi teman”
Andika : “Lo juga sih va, masa orang tua lo susah-susah cari uang, banting tulang buat lo, eh lo malah buang-buang duit seenaknya hanya karna gengsi”
Nova : “Aku lakukan ini semua biar aku punya temen”
Johanes : “Bukan begitu caranya, itu salah besar, karena akhirnya kamu malah mengecewakan banyak orang, termasuk orang tua kamu sendiri”
Pendeta : “Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saling bermaafan ya, kita jadikan ini semua pelajaran untuk kedepan. Nah, penonton dan adik-adik semua, ini juga jadi pelajaran untuk kita semua, persahabatan yang baik itu didasari dengan ketulusan dan kejujuran, bukan yang membeda-bedakan harta ataupun rupa. Dan jangan kalian berpura-pura hanya karena gengsi, apalagi sampai menyulitkan orang lain bahkan orang tua kalian sendiri. Karena ingat satu hal, Tuhan tidak pernah memandang harta, tahta dan rupa, kita semua sama dihadapanNya, dan Tuhan Yesus adalah sahabat sejati untuk kita semua. Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati kita semua.”
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*
Saat ini anda sudah membaca tentang Contoh Naskah Drama musikal natal yang kami berikan diatas, semoga bisa menjadi info bermanfaat ya, dan jangan lupa baca selengkapnya disini untuk Kumpulan Naskah Drama yang lainnya juga.
Untuk itu dapatkan Contoh Naskah Drama musikal natal ini disini yang kami berikan lengkap sehingga bisa menjadi pertunjukan yang sangat bagus sekali, dan anda akan mendapatkan nilai bagus untuk Contoh Naskah Drama musikal natal ini, lengkap sekali Contoh Naskah Drama musikal natal ini dan pastinya kamu semua akan puas dengan Contoh Naskah Drama musikal natal tersebut, dan untuk untuk itu langsung dapatkan Contoh Naskah Drama musikal natal dibawah ini yang sobat semua.
*Echa, Lulu, Tasya, dan Vira memasuki Panggung, kemudian berkumpul berbincang-bincang*
Narator : “Hai penonton, kami berempat adalah teman dekat sejak dulu, suka duka sudah pasti pernah kami lalui bersama, tapi apakah persahabatan kami akan tetap bertahan ?”
Lulu : “Eh ga terasa ya kita berteman udah lama banget”
Tasya : “Iyaya, dari kecil kita udah deket dan bahkan bertahan sampai sekarang”
Echa : “Semoga kita tetep deket seperti sekarang ya”
Vira : “Tentu dong, karena tanpa kalian aku hanyalah butiran debu hihi..”
Lulu : “Berpelukaaannn” (Para pemain berpelukan)
*muncul Andika dan Riko*
Andika : “Eh teletubbies, yaelaa berpelukan mulu”
Riko : “Iyah, ajak-ajak gue bisa kali”
Lulu+Tasya+Echa+Vira : “Wooo maunya..”
Echa : “Tumben kalian jam segini udah datang ?”
Andika : “Yoi, emang kalian belum tau berita penting ?”
Tasya : “Hah ? berita apaan ?”
Riko : “Nih dengerin ya teletubbies, kita itu bakalan kedatangan temen cewe baru”
Vira : “Terus hubungannya sama kalian datang cepet apa ?”
Andika : “Katanya itu cewe cantik banget, anak gaul, orang kaya pula. Bakalan jadi target gue bro”
Riko : “Eh itu deh kayanya orangnya”
Nova : “Permisi, boleh aku gabung ?”
Andika+Riko : “Ooh boleh banget, mari gabung”
Nova : “Hallo salam kenal, aku Nova” (jabat tangan para pemain satu persatu)
Vira : “Kamu asalnya dari mana ?”
Nova : “Aku asalnya dari Surabaya”
Andika : “Hah Surga ? Ya ampun pantesan cantik banget”
Semua : “Surabaya wooyyy”
Tasya : “Tadinya gereja apa va ?”
Nova : “Aku dariii (perkataan terpotong)”
Riko : *Nyanyi* “Tak ku pandang dari gereja mana, asal kau berdiri atas firman-Nya, kalau hatimu
seperti hatiku, kau lah saudara dan saudariku” (gaya genit)
Semua : Modus woo modus
Riko : Ini namanya usaha coyy
Echa : Ya udah yuu kita masuk
*semua pemain meninggalkan panggung*
Narator : “Nova pun bergabung bersama teman-teman barunya. 1 bulan kemudian”
*Echa dan Lulu duduk berdua berbincang-bincang*
Echa : “Udah lama ya kita ga kumpul ber-4 lagi”
Lulu : “Iyaya, padahal baru sebulan tapi seperti udah lama banget”
Echa : “Sekarang Tasya dan Vira kalau di ajak kumpul ga bisa terus”
*Muncul Lamhot dan Evan*
Johanes : “Eh kalian berdua aja kaya ban motor”
Lulu : “Berdua ? Kita bertiga kali”
Evan : “Hah ? satu laginya siapa ?”
Lulu : “Tuhan Yesus, hehe”
Evan : “Yaelaaa kirain”
Johanes : “Tumben akhir-akhir ini kalian cuma berdua, biasanya ber-4”
Echa : “Enggak kok, kemaren-kemaren kita ber-4 ya lu ?”
Lulu : “Hehe Iyaa”
*Muncul Tasya, Vira dan Nova*
Evan : “Nah tuh Tasya sama Vira, eh kok tumben bareng Nova ?”
Nova : “Hay kalian”
Tasya : “Hay Echa, Lulu, lama ga ketemu”
Johanes : “Lho tadi katanya baru kemaren kalian kumpul ?”
Vira : “Hah ? Mana ada, kita tuh sebulan ini jalan-jalan terus, shopping-shopping, kalau ngajak mereka,
apalagi Echa, yaaahh mana sanggup dia ikutin kita”
Lulu : “Kok kamu ngomongnya gitu ?”
Nova : “Lho fakta kan ? emang kalian sanggup ikutin cara hidup kita yang baru ?”
Tasya : “Ya jelas enggak lah. Ooh iya, maaf ya kalau kita susah buat diajak kumpul ber-4, tunggu ada
waktu luang deh”
Evan : “Cewek aneh”
Vira : “Eh Evan lo diem ya, ga usah ikut campur”
Lulu : “Tasya, Vira, kok kalian jadi gini sih ? Inget kita itu sahabat, seharusnya saling mengasihi bukan menghakimi”
Tasya : “Ooh iya kita dulu sahabat, tapi sekarang kita menemukan sahabat yang sebenarnya, bukan kalian”
Nova : “Ya udah yuu kita jalan, keburu hujan nih. Jo, ikut kita yuu ?”
Johanes : “Ga usah makasih”
Nova : “Iih ayoo dong Jo, mau ya ?”
Evan : “Yee ko maksa sih”
Vira : “Yuu aah, kita duluan ya guys, by”
*Tasya, Vira dan Nova meninggalkan panggung*
Lulu : “Cha, ga usah masukin ke hati ya, mungkin dia cuma becanda”
Johanes : “Iya, cuekkin ajalah cha, kan masih ada aku ? hehe”
Echa : “Pulang yuu, aku pengen istirahat” *muka sedih*
Lulu : “Ya udah yuu, tapi jangan sedih gitu dong cha”
*Para pemain meninggalkan panggung*
Narator : Terkadang kita tak pernah bisa menebak jalan hidup kita ke depan, jalan persahabatan kita dengan teman, karena tak ada sebuah persahabatan yang mulus tanpa cobaan.
*Di rumah Echa, Echa merenung sendirian (bisa sambil memegang boneka, bermain gitar atau yang lainnya*
Echa : *Nyanyi Lagu Allah Peduli*
Banyak perkara
Yang tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Satu perkara
Yang kusimpan dalam hati
Tiada satupun kan terjadi
Tanpa Allah perduli
Mama : *masuk panggung, kemudian ikut nyanyi bareng sambil menghampiri Echa*
Reff :
Allah mengerti, Allah perduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
S’bab Allah mengerti
Echa : “Mamaa” (peluk mama)
Mama : “Kamu kenapa sayang ? Ada masalah apa ?”
Echa : “Echa gapapa ko ma”
Mama : “Ga usah boong sama mama, sini cerita sama mama”
Echa : “Ma, memangnya kalau mau punya temen deket harus jadi orang kaya dulu ya ma ?”
Mama : “Kok ngomongnya gitu ? Siapa yang bilang gitu ?”
Echa : “Tadi Tasya sama Vira bilang, katanya mereka sebulan ini pergi jalan-jalan, shopping bareng Nova temen baru kita yang anak orang kaya itu ma, makanya mereka ga pernah main lagi sama aku, soalnya aku ga mungkin bisa ikutin gaya mereka, karena aku kan ga punya uang banyak ma”
Mama : “Sayang, dengerin mama, ketika kita tidak berkelimpahan harta bukan berarti semuanya berakhir, masih ada teman yang lain yang mungkin lebih menerima kita apa adanya, yang lebih mengerti keadaan kita”
Echa : “Tapi ma, aku cuma punya sahabat mereka, tapi sekarang mereka jauh dari aku, sekarang aku cuma punya Lulu sahabat aku ma”
Mama : “No no no, kamu lupa satu hal, kamu masih punya satu sahabat sejati kamu, ia adalah Tuhan Yesus, kamu ingat lagunya”
Mama+Echa : *Nyanyi*
Ada satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
NamaNya Yesus (2x)
Nama Yesus
Yang menghibur hatiku. (2x)
Mama : “Nah sekarang kamu ga boleh sedih lagi ya, gimana kalau sekarang kita bikin kue kesukaan kamu?”
Echa : “Ayoo ma”
*Mama dan Echa meninggalkan panggung*
Narator : Benar kata mama penonton, jangan pernah kita merasa sendirian, karena kita punya satu sahabat sejati yang selalu ada untuk kita yaitu Tuhan Yesus Kristus
*Di gereja*
*Berkumpul seluruh anak muda, kemudian datang Bapak Pendeta*
Pendeta : “Sudah kumpul semua anak mudanya ? Hari ini bapa mau pilih salah satu dari kalian untuk menjadi Ketua Panitia Natal Pemuda”
Andika : “Sudah Pa”
Pendeta : “Kalau begitu mari duduk biar kita rundingkan”
*pemain duduk membentuk setengah lingkaran* (tidak membelakangi penonton)
Pendeta : “Setelah bapa lihat kinerja dari setiap kalian, bapa putuskan untuk ketua adalah Johanes, Wakil Ketua Echa, Sekretaris Tasya dan Andika, Bendahara Lulu dan Evan, untuk seksi bidang lainnya bapa serahkan sama kalian, gimana setuju dengan pilihan bapa ?”
Riko : “Ooh bapa yang pilihkan pa ? kirain mau sekalian dipilihkan sama DPR pa hhe”
Nova : “Lho kok aku ga masuk pa ?”
Pendeta : “Kamu kan baru disini, jadi bapa belum liat kinerjamu, kamu mungkin bisa di bagian seksi bidang”
Andika : “Makanya jangan seksi-seksi, jadinya masuk seksi bidang kan haha”
Tasya : “Ga bisa gitu dong pa, dia ini dulu ketua anak muda, dia ini berpengalaman banget waktu di kotanya pa”
Vira : “Iya betul itu pa”
Nova : “Pa, masa Echa jadi wakil ketua, bareng Jo pula, biasanya ya pa kalau di sinetron-sinetron tuh, yang keren ya sama yang keren lagi, yang kaya ya sama yang kaya lagi, masa ini Jo digabunginnya sama si upik abu, iyuuhh ga banget deh”
Johanes : “Nova, jaga omongan lo ya”
Nova : “Tapi kan Jo..”
Johanes : “Tapi sayangnya, Tuhan tak pernah menilai dari itu semua Nova”
Johanes+Echa+Lulu : *Nyanyi Bapa Selidiki Hatiku*
Terserah apa kata dunia
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Dunia boleh berkata tidak
Tapi kan kukatakan ya untukMu
Karna satu hal yang kutau
Karna satu hal yang kupercaya
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
*Kemudian datang Mama Echa, Bapa dan Ibu Nova* (Bapa dan Ibu Nova berpenampilan orang yang kurang mampu)
Mama : “Shalom, permisi pa”
Pendeta : “Shalom, ada yang bisa saya bantu bu ?”
Mama : “Ini pa, saya kesini bersama bapa dan ibu yang mau mendaftar jadi jemaat baru, yang kemarin sempat saya ceritakan pada bapa, kebetulan baru bisa datang sekarang, sebulan ini mengurus surat-surat pindahannya”
Nova : *berusaha menyembunyikan wajah agar tidak terlihat orang tuanya*
Pendeta: “Oh iya mari pa, bu. Nah anak-anak ini bapa dan ibu yang akan mendaftar menjadi anggota
jemaat baru, kalian lanjut ya bapa mau urus yang lain dulu”
Ibu Nova : “Lho pa, ko anak kita ada disini. Nak kok kamu disini ?”
Semua : “Hah ? Nak ?” *ekspresi kaget*
Pendeta : “Lho ini anak bapa ?”
Bapa Nova : “Iya pa, tapi kemarin dia ijin untuk berbeda gereja dengan kami, karena dia memaksa ya
kami ijinkan, yang pentingkan dia ibadah”
Ibu Nova : “Tapi kok kamu di gereja ini juga nak ? Kenapa ga bareng sama papa mama aja kesininya”
Tasya+Vira : “Apa ? Lho katanya anak orang kaya ?”
Tasya : “Lo nipu kita ya ?”
Nova : *Hanya tertunduk malu*
Vira : “Jawab dong va !”
Pendeta : “Tasya, Vira, kalian diam dulu ya. Jadi pa, bu, Nova ini benar-benar anak bapa dan ibu ?”
Bapa Nova : ‘Iya pa, Nova ini anak kami satu-satunya”
Pendeta : “Benar itu Nova ?”
Nova : “Iya pa” *menangis*
Vira : “Ya ampun, cantik-cantik kok tukang tipu”
Bapa Nova : “Maafkan anak kami pa, dek, mungkin dia masih belum bisa sepenuhnya menerima keadaan
kami ini”
Johanes : “Iya pa gapapa ko, kami mengerti”
Bapa Nova : “Nak, ayo minta maaf sama teman-teman mu”
Nova : “Semuanya maafin aku ya, Tasya, Vira, maaf aku udah boongin kalian, Echa maaf ya aku udah menghina kamu”
Echa : “Iya gapapa ko”
Tasya : “Eh gara-gara lo ya persahabatan gue jadi rusak”
Vira : “Iya gara-gara lo kita jadi jauh”
Johanes : “Bukan sepenuhnya salah dia, setidaknya dia nunjukin sisi lain dari diri kalian, ya yang menilai seseorang hanya karna harta duniawi”
Riko : “Makanya lo cewek-cewek, jangan pilih-pilih teman hanya karna harta dan rupa deh, mending kaya kita nih, siapapun ya jadi teman”
Andika : “Lo juga sih va, masa orang tua lo susah-susah cari uang, banting tulang buat lo, eh lo malah buang-buang duit seenaknya hanya karna gengsi”
Nova : “Aku lakukan ini semua biar aku punya temen”
Johanes : “Bukan begitu caranya, itu salah besar, karena akhirnya kamu malah mengecewakan banyak orang, termasuk orang tua kamu sendiri”
Pendeta : “Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saling bermaafan ya, kita jadikan ini semua pelajaran untuk kedepan. Nah, penonton dan adik-adik semua, ini juga jadi pelajaran untuk kita semua, persahabatan yang baik itu didasari dengan ketulusan dan kejujuran, bukan yang membeda-bedakan harta ataupun rupa. Dan jangan kalian berpura-pura hanya karena gengsi, apalagi sampai menyulitkan orang lain bahkan orang tua kalian sendiri. Karena ingat satu hal, Tuhan tidak pernah memandang harta, tahta dan rupa, kita semua sama dihadapanNya, dan Tuhan Yesus adalah sahabat sejati untuk kita semua. Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati kita semua.”
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*
Saat ini anda sudah membaca tentang Contoh Naskah Drama musikal natal yang kami berikan diatas, semoga bisa menjadi info bermanfaat ya, dan jangan lupa baca selengkapnya disini untuk Kumpulan Naskah Drama yang lainnya juga.
0 Response to "Contoh Naskah Drama musikal natal"
Post a Comment