Tasik Manifo Dan Nama Kerbau
Alkisah Rakyat ~ Pada jaman dahulu kala ada seorang wanita bernama Meni. Ia berasal dari keturunan atau marga Lasa. Ia tingal bersama-sama dengan ayahnya serta saudara-saudaranya. Meskipun ia sudah dewasa tetpi belum juga ada seorang pemuda yang meminangnya. Pada suatu hari ia pergi ke tepi laut. Di dalam hatinya ia bermaksud untuk mandi karena di sana terdapat pula sebuah mata air yang bening dan jernih. Bagi Meni kesempatan tersebut adalah kesempatan yang baik untuk berjalan-jalan karena sudah tidak betah lagi tinggal di rumahnya. Begitulah perasaannya sehingga ketika Meni sampai di sumber air tersebut ia belum langsung mandi tetapi duduk sambil merenungkan nasibnya.
Sementara ia merenung tiba-tiba dari jurusan selatan mencullah seorang pemuda. Pandangan Meni terarah kepada pemuda itu. Pemuda itu makin lama makin dekat ke tempat di mana ia berdiri. Pemuda itu adalah seorang yang tampan dan gagah perkasa sehingga ia berpikir bahwa pemuda itu adalah putra dari seorang raja. Ia mengenakan pakaian serta perhiasan yang sangat indah sehingga menyebabkan pikiran Meni tidak menentu.
Setelah bersalaman satu sama lain pemuda tersebut segera mengambil sirih pinang serta memberikannya kepada Meni. Setelah itu pemuda tersebut berkata kepadanya: "Saya adalah penguasa lautan, saya ingin membawamu ke istana dan kujadikan permaisuri." Mendengar perkataan pemuda itu Meni membisu seribu bahasa namun di dalam hatinya ia merasa gembira karena sebagai seorang gadis telah mendapatkan pasangan hidupnya. Meni masih bimbang dan ragu karena hal kegembiraannya itu belum diketahui oleh orang tuanya.
Dari wajah Meni raja muda ini dapat mengetahui apa yang sedang direnungkan oleh Meni. Oleh karena itu ia menganjurkan kepada Meni untuk segera pulang ke rumah agar supaya dapat memberitahukan hal ini kepada orang tuanya. Sang raja ini berkata kepada Meni agar menyiapkan sebuah tikar besar dan tidak boleh ada aerbila (sejenis kacang yang bijinya agak besar) di dalam rumah ataupun di luar rumah. Setelah itu Meni pun pulang ke rumahnya sedangkan sang raja pun kembali ke istananya.
Sesampainya Meni di rumah ia segera menyiapkan apa yang yang telah dikatakan sang raja. Begitu pula ia tidak lupa memberitahukan hal itu keada orang tuanya. Sayangnya Meni lupa akan pesan ataupun larangan yang telah disampaikan sang raja . Biji-biji aerbila yang dijemur di halaman rumah tidak dipindahkannya. Menjelang senja Meni telah siap sedia untuk menantikan kedatangan sang raja. Untuk mengetahui kedatangan sang raja Meni meletakkan sebuah labu air yang kosong di pintu rumahnya dan iapun menunggu dengan penuh kesabaran.
Saat yang dinati-nantikan telah tiba. Sang raja pun datang. Ketika hendak memasuki pintu rumah mereka melihat cahaya yang serba gemerlapan terpancar dari tubuh sang raja sehingga keadaan menjadi terang. Sang raja kelihatan seolah-olah sedang membawa sebuah lampu yang terbuat dari emas. Pada waktu sang raja sampai di pintu kakinya tersentuh pada labu yang disimpan oleh Meni. Meni pun terkejut sambil berteriak lalu berseru. "Uis na' besi mu nuin kot laos ( sang raja buaya haram kepada aerbila). Pada waktu itu sang raja menyahut kepada Meni. "Benar sekali katamu sebab itulah namaku." Suara keduanya terdengar oleh kedua orang tua serta saudara-saudaranya.
Ketika sang raja masuk ke dalam rumah, sang raja pun mulai menggetarkan badannya dan semua perhiasan emas yang dipakainya berguguran ke dalam tikar yang telah disediakan oleh Meni. Kemudian sang raja dan Meni pun meninggalkan rumah dan pergi ke istana sang raja itu dan semua perhiasan emas itu tingal di rumah Meni. Menjelang fajar merekah barulah orang tua dan saudara-saudaranya mencari Meni. Ternyata Meni tidak ada dan hanya menemukan perhiasan emas yang tidak terbilang banyaknya bertumpukkan diatas tikar. Mereka berpikir bahwa pasti Meni sudah pergi bersama raja dan emas-emas itu sengaja ditinggalkan untuk mereka. Kemanakah gerangan untuk mencari sang raja dan Meni? Mereka hanya mengetahui bahwa tempat yang ditujunya adalah lautan di pantai selatan pulau Timor.
Ketika sampai di pantai sang raja penguasa lautan itu segera berubah menjadi buaya bersama isterinya Meni. Keduanya menyelam dan menghilang masuk ke laut. Itulah sebabnya bahwa tempat itu diberi nama tais ana manifo ( nama salah satu tempat disebelah selatan laut Timor) yaitu nama yang diambil dari puteri Lasa yang telah kawin dengan penguasa lautan yaitu Meni yang telah menghilang. Dari peristiwa itulah yang akan menjadi permulaab dari hubungan antara keluarga Lasa dengan penguasa lautan yaitu buaya. Hingga sekarang turunan Lasa tetap haram terhadap air bila. Setelah perkawinan anatara penguasa laut dengan puteri Lasa maka keluarga Lasa telah berkeyakinan bahwa penguasa lautan adalah sahabat karib mereka dan karenanya mereka selalu mengharapkan segala sesuatu dari padanya.
Pada suatu hari seorang dari suku Lasa yang sudah tua pergi ke pantai. Pantai yang ditujui adalh pantati Manifo tempat sang raja laut dan permaisurinya berdiam. Dalam perjalanannya ia selalu berpikir mudah-mudahan dapat berjumpa dengan raja dan permaisurinya. Setibanya di pantau sang raja dan permaisuri sedang berada disana. Sang raja mulai menyanyakan maksud kedatngannya. Orang tua tersebut segera memberitahukan keinginannya kepada sang raja dan permaisurinya yaitu ingin mendapat sesuatu agar menjadi tanda bukti bagi turun temurunnya bahwa penguasa lautan adalah benar-benar sahabat karib mereka. Mendengar permintaan orang tua itu sang raja termenung sejenak. Kemudian sang raja menyuruh orang tua itu pulang dengan suatu pesan agar setibanya di rumah ia segera membuat sebuah kandang dan meletakkan pula sebuah bambu di muka pintu kandangnya.
Setelah medengar perintah sang raja orang tua itu pun pulang. Langkahnya dipercepat agar supaya lekas tiba di rumah karena ia ingin sekali melihat pemberian raja dengan permaisurinya. Keringatnya mengalir menganak sungai membasahi seluruh tubuhnya. Ia berjalan sebagai seorang pemuda yang gagah perkasa. Akhirnya ia tiba dirumah. Segera ia menghubungi tetangga-tetangganya dengan ajakan agar bersama-sama membuat kandang. Tetangganya keheran- heranan mendengar ajakan orang tua itu karena mereka mengetahui bahwa ia sama sekali tidak mempunyai kerbau yang perlu dikandangkan. Terik matahari yang membakar kulit tidak dihiraukan oleh mereka dan menjelang sore kandang telah selesai dikerjakan. Orang tua itu tidak lupa meletakkan sebatang bambu pada pintu kandang berdasarkan pesanan sang raja. Tetangga-tetanggnya pun kemudian minta diri dan tinggallah ia seorang diri. Dengan hati yang penuh debar ia menunggu. pa gerangan yang akan terjadi bila harta pemberian raja itu tiba? Begitulah pertanyaan yang timbul dalam hatinya. Pandangan matanya tidak lepas dari jalan menuju pintu kandang. Tidak ada sesuatu pun yang terlintas dari pendangannya. Hampir putus asalah orang tua itu karena telah lama ia menunggu tetapi belum juga terjadi sesuatu. Hari hampir menjadi siang ayam pun sudah berkokok, tiba-tiba terdengar olehnya pintu kandang berbunyi. Ia terkejut dan dengan mata terbelalak ia melihat ke pintu kandang. Apa yang sedang terjadi? Ia melihat seekor kerbau yang sangat besar memasuki pintu kandang dengan memakai perhiasan yang sangat indah. Lehernya berkalung perhiasan-perhiasan dari emas dan perak yang berkilau-kilauan dipandang mata.
Setelah kerbau besar itu sampai di dalam kandang berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kerbau berturut-turut satu per satu masuk kedalam kandang itu. Pintu kandang itu berbunyi terus menerus kaerena setiap kerbau yang masuk harus menginjak bambu yang diletakkan di pintu kandang. Ia berpikir mudah-mudahan kerbau yang berhias itu pun tinggal tetap di dalam kandang. Tetapi tidak demikian halnya. Karena kerbau yang besar yang memakai perhiasan itu terdesak dan akhirnya hanya berdiri di muka pintu kandang bersama-sama dengan seekor kerbau yang paling akhir masuk. Kerbau yang paling akhir masuk juga penuh dengan perhiasan. Tidak lama kemudian kerbau yang pertama dan yang terakhir keluar dan segera meninggalkan kandang itu.
Fajar pun merekah. Dengan tergesa-gesa ia pergi ke kandang. Ia heran karena binatang-binatang itu baru pertama kali dilihat selama hidupnya. Ia mulai berpikir apa yang perlu diberikan sebagai makanan dari binatang-binatang pemberian raja itu? Sambil berpikir ia juga memperhatikan rupa dari pada hewan-hewan itu. Ia mulai berpikir untuk mencari nama bagi binatang-binatang yang baru dilihatnya itu. Tiba-tiba teringat olehnya akan nama rajanya yaitu raja air atau uis OE dan hewan-hewan tersebut juga berasal dari air.
Untuk mengenang raja yang dianggapnya sobat setia yang berjasa itu maka ia menamakan binatang itu bia. Biasanya disinonimkan pula dengan bia benu . Dan karena binatang-binatang tersebut berasal dari air, maka ia ingin menambahkan kata atau istilah OE ( yang berarti air). Dengan demikian ia ingin menamakan bia OE karena raja atau sobat setianya tetap berada di dalam air dan warisannya adalah binatang-binatang itu. Namun pada suatu hari orang tua itu berpikir-pikir bahwa pemberiann nama tersebut adalah kurang tepat. Ia merasa takut kalau-kalau nama tersebut tidak berkenan di hati sang raja air itu. Akhirnya iapun memberi nama kepada binantang itu bia meto karena menurut pendapatnya binatang-binatang tersebut yang pada mulanya berasal dari air kini telah berada di meto.
Setelah menetapakan nama bagi baintang-binatang tersebut maka orang tua itu mulai mengeluarkan kerbau-kerbau itu dari kandang dan menggembalakannya di padang. Karena terlalu banyak, kerbau itu maka ada yang meninggalkan kawannya dan mulai menjadi liar. Kerbau-kerbau yang diternakannya itu semakin brkembang biak.
Menurut yang empunya ceritera ini bahwa kerbau-kerbauitulah yang menurunlan kerbau di pulau Timor hingga sekarang ini. Begiru pula dikatakannya bahwa kerbau-kerbau liar yang terlepas dari kawannya itu sebenarnya kembali ke istana di dalam air, tetapi tidak sampai di istana karena sebelum sampai kerbau-kerbau itu dibunuh oleh orang-orang yang berada di pantai. Karena itu sang raja menjadi marah sekali sehingga merubah binatang-binatang tersebut menjadi kerbau liar yang hingga sekarang berkembang biak menjadi banyak sekali. Di suatu dataran yang amat luas sekali di pulau Timor yang dapat kita saksikan huingga sekarang di Bena. Wilayah tersebut kini berada di perbatasan Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sumber : Ceritera Rakyat Daerah Nusa Tenggara Timur
0 Response to "Tasik Manifo Dan Nama Kerbau"
Post a Comment