Cerita Ton Dan Funan
Alkisah Rakyat ~ Pada jaman dahulu di suatu tempat di pulau Timor berdiam dua orang suami isteri yang sudah tua. Mereka mempunyai dua orang anak, yang kakak bernama Ton dan yang adik bernama Funan. Mereka sangat miskin namun orang tua itu dapat memelihara kedua anak tersebut dengan baik. Setelah keduanya menjadi dewasa maka mereka pun ikut membantu oarang tuanya dalam megerjakan berbagai-bagai pekerjaan.
Pada suatu hari raja mereka mengeluarkan pengumuman dari dalam istana yang ditujukan kepada seluruh rakyat. Isi pengumuman tersebut ialah: "Kepada barang siapa yang berhasil menemukan dan mendapatkan kain Cina yang paling indah maka kepadanya akan dikawinkan dengan putri raja. Putri tersebut sangat cantik. Selain itu kepada yang bersangkutan dipercayakan dan kan dinobatkan menjadi raja muda dan memerintah sebagian dari wilayah kerajaannya. Berkenaan dengan pengumuman raja tersebut maka seluruh rakyat kecuali mereka yang tua-tua dan anak-anak, berlomba-lomba mencari kain yang dikehendaki oleh raja itu. Kenyataannya sangat sulit untuk menemukan kain tersebut.
Ton dan Funan kedua kakak beradik ikut mengadu nasib dengan mencari kain Cina yang dikehendaki oleh raja itu. Sementara mereka berdua berusaha mencari kain yang didambakan itu tibalah mereka di suatu pantai yang sangat indah pemandangannya. Sambil mereka menikamti pemandangan pantai yang indah itu, tiba-tiba terlintas dalam pandangan mereka sebuah benda yang berwarna hitam.Benda itu makin lama makin mendekat sehingga jelas bentuknya. Benda yang belum dikenal sebelumnya itu ternyata sebuah kapal.Tujuan kapal tersebut adsalah untuk mencari air minum karena di kapal telah kehabisan air.
Karena takut, kedua kakak beradik itu pergi bersembunyi. Dari tempat persembunyian, mereka berusaha mengintip apa gerangan yang bakal terjadi. Tidak lama kemudian kapal tersebut berlabuh ke darat. Melihat hal ini kedua anak itupun segera lari, tetapi sempat dilihat oleh awak kapal dan mereka pun dipanggil. Maksudnya adalah untuk menanyakan sumber air yang ada di situ. Kedua anak itu pun menunjukkan sumber air yang terdekat. Bersama awak kapal. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh dua kakak beradik untuk ikut menumpang dengan kapal tersebut. Maksudnya itu disampaikan kepada awak kapal yang dengan senang hati pula menerima permintaan kedua anak itu.
Setelah selesai mengambil air maka kapal itu pun melanjutkan pelayarannya. Tujuan utama kedua anak itu adalah mencari kain yang dikehendaki oleh raja mereka. Setelah dua hari perjalanan maka kapal itu pun tibalah di sebuah pulau. Keduanya pun turunlah. Kapal yang akan ditumpanginya itu semingu kemudian akan menyinggahi pulau tersebut. Keduanya berpisah untuk sementara dan masing-masing berusaha mencari sampai dapat kain Cina yang indah itu. Kemudian bertemu lagi dan dengan kapal yang sama akan kembali ke tempat mereka.
Dalam pada itu ternyata adiknya yang berhasil menemukan dan mendapatkan kain Cina yang indah dan mahal itu. Hari yang ditentukan pun tibalah, dimana kedua kakak beradik harus bertemu kembali. Sang adik kelihatan gembira sekali. Keduanya saling menyapa dan bertanya. Sang adik dengan senyum kegembiraan mengatakan bahwa ia telah berhasil menemukan dan mendapatkan kain yang diharapkan sambil ia menunjukkan kain tersebut kepada kakaknya.
Di dalam hati Ton, mulai tumbuh kebencian dan cemburu serta dendam kepada adiknya. Ia berusaha meminta dan mengambil kain Cina tersebut dari adiknya, namun sang adik tidak merelakannya. Perasaan dendam makin membara sehingga janji orang tua agar mereka selalu hidup berkasih-kasihan makin hari makin pudar. Adiknya dipegang, dipukul dan dianiayanya sampai akhirnya meninggal. Mayat adiknya dibuang ke laut. Tidak lama kemudian kapal yang ditunggu-tunggu tibalah dan Ton pun naik ke ats kapal. Para awak kapal menanyakan kepada Ton dimana adiknya. Dijawabnya bahwa adiknya masih ingin lama bekerja di pulau itu. Ton diturunkan di [antai dimana ia bersama adiknya dahulu naik ke kapal.
Ton segera melaporkan keberhasilannya itu dan kepada orang tuannya ia mengatakan bahwa adiknya masih ingin merantau untuk beberapa waktu lagi dan belum ada keinginan untuk kembali. Orang tua mereka merasa sedih mengingat akan anaknya yang masih tinggal di pulau yang asing bagi mereka. Selama pengumuman raja dikeluarkan belum ada seorang pun juga berhasil menemukan kain dimaksud kecuali Ton satu-satunya. Oleh karena itu, Ton satu-satunya orang yang berhak atas putri kesayangan raja dan sekaligus memenuhi syarat untuk dinobatkan menjadi raja muda. Rakyat seluruh negeri diundang hadir dan diperintahkan untuk mengarak-arak Ton karena keberhasilannya.
Sesudah itu dinobatkan menjadi raja muda dan berhak atas suatu wilayah tertentu. Di samping itu perkawinan Ton dengan putri raja diumumkan secara resmi oleh raja dengan dihadiri oleh seluruh rakyat kecuali orang tua Ton. Ketidak hadiran mereka karena keprihatinan dan kesedihan mereka mengingat anak mereka Funan yang masih berada di seberang lautan. dengan demikian maka Ton, si anak miskin itu kini menjadi raja muda. Mayat Funan yang dilemparkan Ton ke dalam laut agar hilang jejaknya, nyatanya dibawa oleh arus menuju pantai dimana orang tua mereka berada. Pantai itu tidak jauh dari istana Ton dan isterinya.
Tidak lama setelah perkawinan Ton, pergilah keduanya ke pantai untuk berbulan madu. Di pantai dimana raja muda Ton bersama isterinya berbulan madu terdamparlah mayat Funan yang sudah membusuk. Selagi mereka menikmati keindahan pantai mereka dikejutkan dengan suara burung gagak yang sedang bernyanyi. Nyanyian burung gagak tersebut sebagai berikut: "Natuin lipa sinas alekot aut ta Ton nameat kau ( karena kain Cina indah kakak Ton membunuh saya). Kalimat-kalimat tersebut diulangi terus menerus sehingga raja muda dalam terpesona dan heran bersama isterinya. Wajah Ton sang raja muda dalam seketika itu juga mulai berubah. Ia mulai mengenangkan kembali adiknya. Melihat keadaan Ton, isteri Ton pun mulai merasa heran serta mulai timbul berbagai tanda tanya dalam hati sang isteri. Sebentar sebentar bururng gagak yang sedang bernyanyi itu turun ke pasir dimana jenasah adik Ton sedang terdampar. Melihat akan hal tersebut segera timbul keinginan dari permaisuri raja muda untuk melihat sendiri tempat dimana burung gagak itu turun. Ia sangat terkejut melihat bangkai manusia yang terdampar di pantai dan telah membusuk. Tengah ia memperhatikan bangkai tersebut tiba-tiba terdengar olehnya suara bisikan yang mengatakan: "Sayalah adik dari raja muda Ton. Nama saya adalah Funan yang berhasil menemukan kain Cina indah yang didambakan oleh raja. Karena penemuan saya itu maka pada akhirnya saya dbunuh oleh kakak saya sendiri Ton. Sayalah yang seharusnya mengawini adinda. Walaupun demikian janganlah bersusah hati. Ambillah seekor ulat yang kecil dari dalam tubuhku dan simpanlah baik-baik didalam sebuah peti dan nantikan dengan sabar selama 3 (tiga) hari."
Mendengar kata-kata tersebut permaisuri raja muda itu pun menangis kesedihan sambil mengambil seekor ulat kecil dari jenasah tersebut. Ulat itu disembunyikan agar tidak diketahui oleh suaminya Ton. Segera ia kembali menemui suaminya dan mereka pun pulanglah ke istana. Sejak peristiwa tersebut di atas keadaan permaisuri mengalami perubahan yang besar. Gejala kegembiraannya sulit ditemukan lagi walaupun di dalam istana sekali pun. Keadaan ini membuat sang raja muda bertanya: "Apa gerangan yang selalu engkau pikirkan sehingga senyum kegembiraanmu kini tidak pernah tampak lagi?". Atas pertanyaan ini permaisuri raja muda membungkam seribu bahasa, walaupun Ton raja muda itu berusaha menghiburnya dengan bermacam-macam cara. Seluruh perkataan dan ingatannya tertuju kepada ulat kecil yang disembunyikan itu. Sesudah hari pertama sesuai dengan pesan yang diterimanya maka ia pun pergi melihat apa yang terjadi terhadap ulat itu. Ia terkejut dan heran melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ulat kecil itu telah berubah bentuk menjadi seorang bayi yang sangat cantik rupanya. Ia mencium bayi itu dengan segala kegembiraannya.
Terhadap peristiwa yang mengherankan dan menggembirakan baginya itu teap dirahasiakan terhadap Ton suaminya. Ia semakin heran karena setiap jam selalu terjadi perubahan-perubahan pada diri bayi itu. Pada hari kedua ternyata sang bayi sudah berubah menjadi seorang pemuda yang mengangumkan. Wajah pemuda itu sangat menarik hati sang permaisuri jika dibandingkan dengan suaminya sendiri. Anak muda itupun serta merta memberitahukan kepada permaisuri agar pada besok harinya ia bersama-sama dengan seluruh keluarga kerajaan beserta seluruh rakyat berkumpul di istana raja muda dimana ia akan memperkenalkan dirinya.
Tanpa diketahui oleh Ton suaminya, ia telah pergi menyampaikan pesanan anak muda tersebut kepada raja yaitu bapaknya sendiri sambil melaporkan segala sesuatu yang telah dialami dan dilakukannya. Pada hari ketiga kembali ia ingin melihat dan menyaksikan apa yang terjadi terhadap diri pemuda itu. Dan ternyata pemuda itu berubah menjadi seorang dewasa yang brpakaian serba indah. Pada saat itu berkatalah ia kepada permaisuri: "Sayalah Funan suamimu yang sah." Tidak lama kemudian datanglah raja dengan seluruh keluarga serta seluruh rakyat memenuhi halaman istana raja muda. Raja muda sangat kaget karena ia tidak mendengar sebelumnya bahwa segala tidak menduga bahwa adikya yang telah mati itu akan hidup kembali dalam bentuk dan wajah seperti sedi kala.
Sementara raja tua duduk berdampingan dengan raja muda dan dikelilingi oleh seluruh keluarga serta seluruh rakyat maka permaisuri raja muda pun keluar bergandengan tangan dengan seorang pemuda yang sangat ganteng berpakaian serba indah dengan wajah yang berseri-seri. Ton si aja muda itu memandang pemuda ganteng yang adalah adiknya yang telah dibunuhnya itu, dengan sedih sambil menangis tersedu-sedu. Pemuda itu tampil ke depan sambil berkata: "Saya adalah pemuda yang bernama Funan, adik dari Ton yang telah dilantik menjadi raja. Sayalah yang berhasil menemukan kain Cina yang indah itu." Mendengar kata-kata tersebut maka raja pun marah sambil memerintahkan rakyat untuk segera memunuh raja muda yang palsu itu.
Pemuda ganteng yang dikenal dengan nama Funan itu segera dilantik menjadi raja muda untuk menggantikan kakaknya Ton dan kepadanya diberikan wilayah kekuasaan yang jauh lebih lagi. Segera perkawinan Funan dengan putri raja pun diresmikan oleh raja. Hidupmereka penuh kebahagiaan dan pemerintahannyapun penuh wibawa karena kecakapan dan ketajaman pikirannya.
Sumber : Ceritera Rakyat Daerah Nusa Tenggara Timur
0 Response to "Cerita Ton Dan Funan"
Post a Comment