Mengenal Udu Dan Hubi
Alkisah Rakyat ~ Teman, teman biasanya secara adat sehari-hari orang Sawu hidup dalam kelompok-kelompok. Masing-masing memiliki nama sendiri-sendiri. Nama kelompok itu adalah Do Haba (Orang Haba), Do Mahara (Orang Mahara), Do Liae (Orang Liae) serta Do Dimu (Orang Dimu). Mereka menempati tanah milik masing-masing kelompok. Warga dari setiap kelompok meyakini bahwa mereka dipersatukan oleh garis keturunan yang sama. Selain itu, mereka meyakini bahwa semua kelompok memiliki leluhur (nenek-moyang) yang sama pula.
Walaupun hidup dalam kelompok-kelompok, Orang Sawu hidup secara damai. Orang Sawu merasa bahwa hubungan di antara kelompok bagaikan hubungan kakak dan adiknya dalam sebuah keluarga. Do Haba dianggap sebagai kakak tertua. Do Mahara dan Do Liae di tengah serta Do Dimu sebagai adik bungsu. Namun Do Raijua (orang Raijua) dianggap sebagai kakak dari semua orang Sawu.
Teman-teman, dalam kekerabatan Orang Sawu setiap anak mempunyai kewargaan rangkap. Kewargaan menurut garis keturunan lelaki dinamakan "Udu" dan menurut garis keturunan perempuan disebut "Hubi"
Udu adalah kelompok yang mengangap diri mereka sebagai keturunan dari seorang leluhur. Nama leluhur itu dipakai sebagai identitas kelompok. Kelompok ini menghitung garis keturunan menurut garis laki-laki dan memiliki suatu wilayah yang menjadi tanah milik bersama (komunal). Biasanya dalam setiap "Udu" terdiri dari beberapa kelompok kecil yang dinamakan "kerogo" (wadah anyaman).
Dalam setiap rai (kesatuan tanah) tinggal beberapa Udu. Selain Udu yang diturunkan leluhur asal ada juga udu pendatang yang berasal dari rai lain. Warga Udu asal disebut "Udu Titu", sedangkan yang pendatang di sebut "Udu Daka atau Kerogo". Mereka pun hidup berdampingan secara damai. Dalam suatu waktu bisa saja pendatang itu diangkat menjadi warga kerogo dari suatu Udu Titu.
Sumber : Seri Pengenalan Nusantara, Kisah Rai Hawu Di Nusa Tenggara Timur
0 Response to "Mengenal Udu Dan Hubi"
Post a Comment