Sejarah Agama Buddha dan Siddharta Gautama
SEJARAH / ASAL MULA
AGAMA BUDDHA
DI INDONESIA LIHAT DI SINI
==============================
Agama Buddha identik dengan Siddharta Gautama. Siapakah Siddharta Gautama? Dialah Sang Buddha. Dialah penyebar agama Buddha. Berikut ini kisah tentang Siddharta dan Sejarah Agama Buddha.
Saat lahir dan kematian tidak pasti. Tapi para sejarawan memperkirakan ia lahir tahun 563 SM. Khotbah-khotbah dan peraturan keagamaan dirangkum setelah kematiannya lan dihafalkan oleh para pengikutnya.
Ayah Pangeran Siddhartha Gautama adalah Sri Baginda Raja Suddhodana. Ibunya adalah Ratu Maha Maya Dewi yang meninggaltujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Pangeran Siddharta dirawat Ratu Maha Pajapati, bibinya yang juga istri Raja Suddhodana.
Kelahiran pangeran di Taman Lumbini ini tergolong istimewa. Saat itu Ratu Maya berdiri memegang dahan pohon sak. Saat lahir dua arus kecil jatuh dari langit. Dingin dan hangat, kemudian membasuh seluruh tubuh sang bayi sehingga bersih tanpa noda. Siddharta langsung bisa berdiri dan melangkah ke utara. Tempat pijakannya ditumbuhi teratai.
Para Pertapa meramal Sang Pangeran ke;ak akan menjadi maharaja dunia. Hanya satu pertapa, yakni pertapa Kondanna meramal pangeran kelak menjadi Buddha.
Mendengar ramalan ini sang raja cemas karena jelas kalau pangeran jadi Buddha, tidak ada yang mewarisi kerajaannya.
Oleh pertapa dijelaskan, bila tidak ingin pangeran menjadi Buddha, jangan sampai melihat empat peristiwa yakni:
1. Orang tua
2. Orang sakit
3. Orang mati
4. Pertapa
Pangeran Siddharta tumbuh jadi anak cerdas dan belajar berbagai ilmu saat masih kecil. Namun Raja Suddhodana tidak tenang siang lan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana lan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal.
Untuk itu baginda benar-benar memproteksi Siddharta. Pangeran diberi kemewahan dan dijauhkan dari segala bentuk penderitaan seperti sakit, umur tua, dan kematian. Padahal itu mustahil. Pangeran dikurung di istana hingga merasa bosan. Akhirnya beliau ada kesempatan untuk berjalan keluar dan kaget melihat kondisi yang sangat berbeda dari kehidupan kesehariannya. Ada orang sakit, meninggal, orang tua, dan pertapa. Waktu itu Siddharta berpikir hanya kehidupan suci yang bisa menjawab semua persoalan.
Sejak itu pergolakan batin terus menghantui dan pada usianya yang ke-29saat kelahiran bayinya, Rahula, ia meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, mencari ilmu sejati. Ia bertapa dan berguru pada orang pintar tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima pertapa.
Pernah dalam pertapaannya ia mendengar suara orang tua menasihati anaknya di atas perahu sing melintasi sungai Nairanjana: Bila senar kecapi iki dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, lan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi iki dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.
Nasehat tersebut sangat berarti. Ia memutuskan menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya sing tinggal tulang hampir tidak sanggup menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Gautama melanjutkan samadhi di bawah pohon bodhi (Asetta) di Hutan Gaya. "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna, " begitu sumpahnya.
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, Gautama mendapat gelar kesempurnaan antara lain: Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni, Tathagata ('Ia yang Telah Datang', Ia yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') lan sebagainya. Lima pertapa sing mendampingi Beliau di hutan Uruwela merupakan murid pertama Sang Buddha sing mendengarkan khotbah pertama Dhammacakka Pavattana, dimana Beliau menjelaskan mengenai Jalan Tengah sing ditemukan-Nya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya sing menjelaskan "Empat Kebenaran Mulia".
Buddha Gautama berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih lan kasih sayang, hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun, saat ia menyadari bahwa tiga bulan lagi ia akan mencapai Parinibbana.
Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada siswa-siswa-Nya, lalu Parinibbana (versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Versi WFB pada bulan Mei, 543 SM).
Ajaran Buddha:
Ajaran Buddha antara lain Empat Prasetya berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang tidak terbatas, yaitu:
- Berusaha menolong semua makhluk.
- Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
- Mempelajari, menghayati lan mengamalkan Dharma.
- Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
0 Response to "Sejarah Agama Buddha dan Siddharta Gautama"
Post a Comment