Orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal, Jawa Timur
Orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal adalah sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur.
Adalah Kyai Tapiogo seorang Begedhe desa Tingan.
Ia berasal dari Sendang Darajat.
Di suatu hari, Kyai Tapiogo melakukan sedekah bumi dan mengundang Begedhe desa Kapal.
Begedhe kedua desa tersebut awalnya hanya mengobrol biasa namun lambat laun keduanya saling berbantahan.
Akhirnya Begedhe desa Kapal kalah dalam perdebatan tersebut.
Disamping kaya raya, Begedhe desa Kapal juga memiliki perawakan tinggi besar.
Tidak terima dengan kekalahan, Begedhe desa Kapal menantang Kayi Tapiogo yang berperawakan kecil untuk mengangkatnya sampai ke desa Kapal.
Jika Kyai Tapiogo kuat mengangkatnya, maka Begedhe desa Kapal akan memberikan seluruh kekayaannya.
“Baiklah, Engkau menang dalam perdebatan ini. Tapi mampukah engkau mengangkatku sampai ke desa Kapal? Jika engkau mampu, maka aku akan memberikan seluruh harta kekayaanku kepadamu.”
Tidak terima dengan kekalahan, Begedhe desa Kapal menantang Kayi Tapiogo yang berperawakan kecil untuk mengangkatnya sampai ke desa Kapal.
Jika Kyai Tapiogo kuat mengangkatnya, maka Begedhe desa Kapal akan memberikan seluruh kekayaannya.
“Baiklah, Engkau menang dalam perdebatan ini. Tapi mampukah engkau mengangkatku sampai ke desa Kapal? Jika engkau mampu, maka aku akan memberikan seluruh harta kekayaanku kepadamu.”
“Baik. Aku menerima tantanganmu.” Kyai Tapiogo menyanggupi tantangan tersebut.
Ia kemudian menyirep atau menidurkan Begedhe desa Kapal menggunakan mantra.
Setelah tertidur, Kyai Tapiogo kemudian menggendongnya menuju desa Kapal.
Dengan demikian, Begedhe desa Kapal tertidur selama digendong.
Di tengah sebuah sawah, Kyai Tapiogo merasa lelah.
Ia lalu berisitirahat sejenak sementara gendongannya ia letakkan di tanah.
Begedhe Kapal masih tertidur nyenyak yang dalam bahasa Jawa dinamakan “ngeringkel”.
Itulah sebabnya sawah tersebut kini disebut sawah blok Ringkel.
Ia kemudian menyirep atau menidurkan Begedhe desa Kapal menggunakan mantra.
Setelah tertidur, Kyai Tapiogo kemudian menggendongnya menuju desa Kapal.
Dengan demikian, Begedhe desa Kapal tertidur selama digendong.
Di tengah sebuah sawah, Kyai Tapiogo merasa lelah.
Ia lalu berisitirahat sejenak sementara gendongannya ia letakkan di tanah.
Begedhe Kapal masih tertidur nyenyak yang dalam bahasa Jawa dinamakan “ngeringkel”.
Itulah sebabnya sawah tersebut kini disebut sawah blok Ringkel.
Setelah melepas lelah di sawah, Kyai Tapiogo kembali menggendong Begedhe Kapal hingga akhirnya tiba di desa Kapal.
Setibanya di rumah Begedhe Kapal, Kyai Tapiogo meletakkan Begedhe Kapal di ranjangnya, lalu ia bangunkan.
Setelah bangun, Begedhe Kapal sadar bahwa Kyai Tapiogo telah berhasil menggendongnya hingga ke rumah, jadi ia harus menepati janjinya untuk menyerahkan seluruh kekayaannya.
Setibanya di rumah Begedhe Kapal, Kyai Tapiogo meletakkan Begedhe Kapal di ranjangnya, lalu ia bangunkan.
Setelah bangun, Begedhe Kapal sadar bahwa Kyai Tapiogo telah berhasil menggendongnya hingga ke rumah, jadi ia harus menepati janjinya untuk menyerahkan seluruh kekayaannya.
“Hah! Ternyata engkau mampu mengangkatku hingga ke rumahku. Baiklah aku akan menepati janjiku dengan memberikan seluruh harta kekayaanku padamu.”
Akhirnya Begedhe Kapal mengakui kekalahannya dan berjanji akan menyerahkan seluruh kekayaannya.
Akhirnya Begedhe Kapal mengakui kekalahannya dan berjanji akan menyerahkan seluruh kekayaannya.
Akan tetapi, Kyai Tapiogo menolak menerima seluruh kekayaan Begedhe Kapal.
Ia hanya meminta sebidang tanah di sebelah utara desa Kapal, sebagai tempat pembuangan kotoran.
“Aku tidak memerlukan kekayaanmu. Berikan saja aku sebidang tanah di bagian utara desa Kapal untuk tempat membuang kotoran.”
Kyai Tapiogo kemudian membuat batas daerah dan daerah tersebut dinamai Ngodok.
Selain itu, desa Kapal dan desa Tingan membuat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal.
Barang siapa berani melanggar, maka ia tidak akan selamat.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, sejak saat itu orang desa Tingan dan orang desa Kapal akan saling berkunjung jika sedang mengadakan acara sedekah bumi. Baca juga Kyai Tapiogo dalam Bahasa Inggris.
Ia hanya meminta sebidang tanah di sebelah utara desa Kapal, sebagai tempat pembuangan kotoran.
“Aku tidak memerlukan kekayaanmu. Berikan saja aku sebidang tanah di bagian utara desa Kapal untuk tempat membuang kotoran.”
Kyai Tapiogo kemudian membuat batas daerah dan daerah tersebut dinamai Ngodok.
Selain itu, desa Kapal dan desa Tingan membuat perjanjian yang isinya menyatakan bahwa orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal.
Barang siapa berani melanggar, maka ia tidak akan selamat.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, sejak saat itu orang desa Tingan dan orang desa Kapal akan saling berkunjung jika sedang mengadakan acara sedekah bumi. Baca juga Kyai Tapiogo dalam Bahasa Inggris.
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
0 Response to "Orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal, Jawa Timur"
Post a Comment