Raja Yang Baik Hati, Dongeng Kalimantan Selatan
Alkisah Rakyat ~ Pada zaman dahulu, ada seorang janda. Ia hidup dengan anaknya yang masih kecil. Mereka berdua hidup sangat sederhana di sebuah gubuk tua.
Tempat tinggal mereka tidak jauh dari Istana kerajaan. Walau berupa gubuk tua tapi gubuk itu nampak terawat bersih, bahan-bahan kayunya pun terbuat dari kayu pilihan.
Maka tak heran gubuk tua itu aman-aman berdekatan dengan Istana Kerajaan? Gubuk itu dianggap barang antik yang perlu dilestarikan. Lagi pula hanya dihuni oleh seorang janda dan seorang anaknya yang masih kecil. Setiap sebulan sekali pihak istana mengirim bahan makanan untuk menyumbang kelangsungan hidup si janda dan anaknya.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang baik hati, arif dan bijaksana. Sang Raja sangat dekat dengan rakyatnya. Ia mau bergaul dengan semua kalangan. Baik dari bangsawan maupun rakyat jelata. Dari kaum tua sampai anak kecil sekalipun.
Karena sikapnya yang baik hati, maka rakyat sangat menyayangi rajanya. Setiap sore, banyak anak kecil yang bermain di halaman istana. Begitu juga halnya dengan anak janda tersebut. Karena miskin maka mainan anak itu pun hanya seekor nyamuk yang diikat dengan benang. Kemana pun anak itu pergi, nyamuk itu selalu dibawanya.
Pada suatu hari, karena terlalu asyik bermain di halaman istana, anak janda miskin itu baru menyadari jika hari sudah hampir gelap, karena takut dimarahi oleh ibunya, anak itu ingin bergegas pulang. Sebelum ia kembali ke gubuknya, ia sempat menemui sang raja.
“Baginda yang baik, hamba harus segera pulang, sebab jika hamba telat sampai di rumah. Ibu hamba pasti akan marah, bolehkah hamba menitipkan nyamuk ini di istana? Besok hamba akan bermain ke sini lagi pinta anak itu dengan wajah memelas.
Boleh saja nak, Kau bisa ikatkan nyamukmu di tiang depan istana kata sang raja.
Esok harinya anak itu kembali ke istana untuk bermain di halaman bersama teman-temannya. Namun, nyamuk kesayangannya sudah tidak ada lagi.
Ia melihat ke samping ternyata ada seekor ayam jantan di dekat tiang tersebut. Ia pun berpikir ayam jantan itu yang telah memakan nyamuk kesayangannya.
Anak itu segera menemui sang Raja. “Baginda, nyamuk hamba hilang. Sepertinya dimakan oleh ayam jantan milik Baginda.” Kalau begitu, kamu ambil saja ayam jantan itu sebagai ganti nyamuk yang dimakannya,” kata raja yang baik hati itu. “Terima kasih Baginda,” jawab anak itu.
Anak itu kembali bermain bersama dengan teman-temannya. Kemana pun ia pergi, ayam itu selalu dibawanya. Ayam jantan itu juga diikatnya dengan tali, ketika ia sedang asyik bermain, ayam jantan itu terlepas.
Anak itu kemudian mencari-cari ayam jantan miliknya. Ternyata ayam itu pergi ke tempat ibu-ibu yang sedang menumbuk padi dengan lesung. Karena lapar, ayam itu berusaha mematuk bulir-bulir padi yang berada dilubang lesung.
Meskipun sudah dihalau berkali-kali, tapi tetap saja ayam itu naik ke lubang lesung. Karena kesal, seorang ibu memukulkan alunya ke arah ayam tersebut hingga ayam itu jatuh menggelepar-gelepar ke tanah dan mati.
Melihat ayamnya sudah mati, anak itu sangat sedih lalu berlari menemui sang Raja. Raja berkata, “Sudah, kau jangan menangis lagi. Sekarang, kau ambillah lesung itu sebagai ganti ayam jantanmu yang telah mati.”
Betapa bahagianya hati anak itu, ia berniat, lesung itu nantinya akan diberikan kepada ibunya. Karena hari sudah sore, ia menitipkan lesung tersebut kepada raja.
“Sandarkanlah lesung itu di bawah pohon yang terdapat di halaman istana,” ucap raja. Anak itu menuruti perintah sang raja. Ia menyandarkan lesungnya di bawah pohon.
Keesokkan hari, anak itu kembali ke halaman istana untuk bermain. Ketika selesai bermain dan akan kembali ke gubuknya, ia teringat lesung miliknya. Anak itu pun pergi mengambil lesung miliknya. Tapi, betapa kagetnya ia melihat kondisi lesungnya sudah tidak seperti waktu ia tinggalkan kemarin. Lesung itu telah patah. Ternyata, di sebelah lesung tersebut terdapat buah nangka yang sangat besar. Anak itu kembali melapor kepada sang raja.
“Baginda, lesung hamba telah patah tertimpa dengan buah nangka,” keluhnya kepada sang raja. Sambil tersenyum sang Raja berkata, “Kalau begitu kamu ambil nangka itu sebagai pengganti lesungmu yang sudah patah.”
“Terima kasih Baginda. Tapi, hari sudah muali gelap, hamba tidak bisa membawa nangka yang besar itu sampai ke rumah dia. Bolehkah hamba menitipkan buah nangka itu di istana. Besok hamba akan mengambilnya bersama teman-temannya.”
Raja bijak berkata, Kalau begitu. Letakkan saja buah nangka itu di samping pintu dapur istana.
Nangka itu pun diletakkan di dapur istana. Nangka yang matang itu mengeluarkan bau yang sangat menggoda. Setelah anak itu pergi, putri raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum dari buah nangka.
“Mmm.....baunya sangat enak. Wah, aku sangat ingin memakan buah nangka itu. Tapi, di mana nangka itu berada? Mungkin bibi meletakkannya di dapur sengaja menyimpannya untukku,” gumam putri raja.
Sang putri pergi menuju dapur mencari buah nangka yang berbau harum. Ia terus mencari buah nangka itu, akhirnya, ia melihat sebuah bauh nangka yang sangat besar dan ranum berada di samping pintu dapur. Ini dia buah nangka yang aku cari-cari,” ujar sang putri dengan mata berbinar-binar.
Ia pun menyuruh pembantu istana untuk memecah buah nangka tersebut. Setelah nangka dipecahkan, putri raja memakannya sampai puas. Ia tidak mengetahui bahwa buah nangka tersebut ada pemiliknya.
Seperti biasa esok hari anak itu datang untuk bermain lagi di halaman istana, hari itu ia akan mengambil nangka bersama dengan teman-temannya. Tapi buah nangka itu ternyata sudah tidak di tempatnya. Kemudian ia melihat ke arah tempat sampah milik istana. Ternyata biji-biji buah nangka berikut kulitnya berada di tempat sampah itu.
Hati anak itu kembali kecewa. Buah nangka miliknya sudah di makan oleh orang lain.
Anak itu menghadap lagi kepada sang Raja. Sang Raja dengan arif bijaksana berkata, “Sudahlah kau jangan bersedih, karena buah nangka itu telah dimakan oleh putriku, maka putriku akan kuberikan kepadamu sebagai pengganti buah nangka milikmu.”
Si anak tidak mengerti perkataan sang Raja karena masih terlalu kecil. Namun, ketika anak itu sudah beranjak dewasa dan menjadi pemuda tampan, sedangkan putri raja sudah menjadi gadis yang cantik, Raja menikahkan putri dengan anak janda miskin itu. Mereka telah hidup berbahagia, sang ibu juga di boyong ke kediaman sang Raja atau pada Istana Raja.
Oleh
Yudhistira Ikranegara
0 Response to "Raja Yang Baik Hati, Dongeng Kalimantan Selatan"
Post a Comment