Sejarah Lawang Sewu

foto: detik
Salah satu gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah adalah Lawang Sewu. Letaknya di Bundaran Tugu Muda, yang pada zaman Belanda disebut Wilhelminaplein. Dinamai Lawang Sewu karena gedung ini memiliki banyak pintu, meskipun tidak sampai seribu. Lawang berarti pintu. Sewu berarti seribu. Bagaimana sejarah atau asal-usul Lawang Sewu? 

Dulu Lawang Sewu merupakan kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, yakni jawatan kereta api. Pintunya sangat banyak dan jendelanya tinggi dan lebar seperti pintu. Masyarakat sering menganggap jendela ini sebagai pintu. 

Pembangunan Lawang Sewu Semarang melibatkan dua orang arsitek asal Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer dan Bj. Queendag. Pada awal pembangunan, gedung yang pertama kali dibuat adalah bangunan percetakan dan bangunan penjaga. Kemudian dilanjutkan perluasan sekitar pada tahun 1916 hingga 1918 dengan menambah jumlah bangunan dan ruangan.
Pasca kemerdekaan RI, bangunan ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Pernah pula dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (KOdam IV/DIponegoro) dan Kantor Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. 
Pada masa perjuangan gedung ini menjadi lokasi pertempuran antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api, 14 - 19 Oktober 1945 melawan Jepang. Itu sebabnya Lawang Sewu menjadi salah satu dari 102 bangunan kuno yang patut dilindungi. 
Jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).

Bangunan utamaberupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. DI  bangunan utama ada  tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Bagi yang percaya keberadaan makluk astral,  di hampir di seluruh bagian gedung terdapat makhluk halus seperti tentara Belanda, Nonik Belanda, Gondoruwo, Kuntilanak, dll. Yang terkenal angker adalah Sumur Tua, Penjara Jongkok, Lorong lorong, Penjara Berdiri dan Ruang Penyiksaan. Yang paling menyiksa adalah penjara jongkok karena tinggi penjara ini cuma 1,5 meter. Konon sering terjadi makhluk astral bergentayangan di seputar penjara dan ruang penyiksaan. Namun bagi yang tidak mempercayai, Lawang Sewu diperlakukan sebagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan. 

Kini bangunan ini mencapai tahap konservasi dan revitalisasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah PT. Kereta Api Persero. 


0 Response to "Sejarah Lawang Sewu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel