Cara Menggunakan Dan Menjadi CLAP(PER) BOARD FILM

 Assalamualaikum,


Halo bro apa kabar? Kali ini saya ingin berbagi ilmu tentang cara menggunakan clapperboard atau bisa disebut juga papan slate. Dan orang yang menggunakan papan slate sebagai tugasnya disebut clapper board.

Berhubung di tahun 2012 saya pernah bekerja tapi lebih tepatnya magang (nyolong ilmu) di salah satu PH ternama (Production House / Rumah Produksi) di Jakarta, maka saya akan ngasih tahu teknik-teknik menggunakan papan clap sesuai pengalaman saya (Jadi kemungkinan besar teknik yang saya lakuin bisa jadi berbeda dengan teknik yang dilakuin di tempat lain, misalnya PH lain, di kuliah film, di tempat kursus, dan sebagainya). Trus gimana kalo sekarang? Oh sekarang saya juga masih jadi film maker walau hanya memegang proyek-proyek kecil level film independen (indie).

Assalamualaikum,  Halo bro apa kabar? Kali ini saya ingin berbagi ilmu tentang cara menggunakan papan clap atau bisa disebut juga papan slate. Dan orang yang menggunakan papan slate sebagai tugasnya disebut clapper board.  Berhubung di tahun 2012 saya pernah bekerja tapi lebih tepatnya magang (nyolong ilmu) di salah satu PH ternama (Production House / Rumah Produksi) di Jakarta, maka saya akan ngasih tahu teknik-teknik menggunakan papan clap sesuai pengalaman saya (Jadi kemungkinan besar teknik yang saya lakuin bisa jadi berbeda dengan teknik yang dilakuin di tempat lain, misalnya PH lain, di kuliah film, di tempat kursus, dan sebagainya). Trus gimana kalo sekarang? Oh sekarang saya juga masih jadi film maker walau hanya memegang proyek-proyek kecil level film independen (indie).     Di Indonesia, seorang clapper board itu masuk ke dalam Departemen Penyutradaraan. Si clapper board itu berhubungan erat dengan orang yang bertugas menjadi pencatat script/skrip atau pencatat adegan, dan biasanya kedua tugas itu diemban atau dibebankan untuk satu orang saja (biasa itu bro, masalah budget mah). Para asisten sutradara dan sutradara saya dulu pernah bilang ke saya, “Jef, kalo udah terbiasa jadi pemegang clap dan pencatat skrip di film action (laga / kolosal) pasti bakalan cepet pinter, dan nantinya kalo bikin film drama bakalan encer diluar kepala masalah shot sama skripnya.  Tujuan papan clap atau slate itu untuk apa? fungsinya untuk mempermudah si Editor menyunting footage-footage video yang masih berceceran di dalam file. Karena di papan slate terpampang jelas, SCENE berapa (nomer adegan yang diambil), SHOT keberapa (urutan dari pengambilan gambar dalam satu adegan), dan TAKE (pengambilan gambar yang telah diambil). Dan banyak yang salah kaprah, seorang Editor seharusnya tidak boleh merubah shot-shot dari sutradara yang udah jelas tertulis di papan slate, tapi kebanyakkan dari Editor suka banget ngerubah-ubah shot seenaknya sendiri. Tugas Editor itu cuma menyelaraskan antara gambar/suara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah film yang utuh serta tetap menjaga Continuity (kesinambungan).   PERTAMA, saya akan kasih panduan cara mengisi papan clap.  1. Oke langsung aja saya kasih gambar papan clap atau papan slate yang masih kosong.    2. Nah setelah itu saya menggambar garis-garis menyerupai kotak-kotak seperti dalam gambar di bawah ini.       Gambar dua       3. Saya isikan Judul Film, SCENE, SHOT, TAKE, DIRECTOR, DOP, DATE.       Gambar 3       Note: Warna default garis tersebut tentu saja hitam (Harus menggunakan spidol permanen supaya enggak gampang terhapus).       KEDUA, saya akan kasih contoh naskah film (buatan saya sendiri) untuk menjadi latihan praktek cara mengisi papan clap atau slate.       Contoh skrip :   JUDUL FILM   JAVANESE       Sutradara oleh Jeffri Ardiyanto       D.O.P oleh @jefcomindo       SCENE 1 INT. PENDOPO ISTANA – NIGHT   Seorang putri raja sedang berdiri gelisah sembari mengedarkan pandangannya ke isi ruangan. Tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan dari belakangnya kemudian mereka berpelukan.       PEMUDA   (sambil melepaskan badannya dari dekapan sang putri) “Sudahlah Tuan Putri, jangan mencintai aku lagi. Engkau seorang putri raja tak pantas bersama pemuda miskin sepertiku.”       PUTRI RAJA   (sambil mengusap air matanya) “Tak perlu kakang berbicara seperti itu. Aku mencintaimu setulus hati tanpa melihat statusmu.”       PEMUDA   “Tapi bagaimana dengan Romo mu?”       PUTRI RAJA   “Sudahlah kakang, Aku tak peduli jika Romo tak merestui kita. Aku tetap mencintaimu sepenuhnya.”       Disaat mereka kembali berpelukkan, dari arah belakang terlihat beberapa prajurit berlari mendekat. Si Pemuda itu melepaskan pelukannya kemudian berlari menjauh. Dan Putri hanya memandangi kepergian sang pemuda sembari menitikkan airmata.           1. Isikan Judulnya, Scene, Nama Sutradaranya (Director), Nama D.O.P (Director of Photography/Kameramen), dan DATE (hari, tanggal, bulan, tahun). Ingat pake spidol permanen.           Gambar 4   2. Baca kembali skripnya / naskah skenario filmnya. Kalo cuman mengikuti standar, biasanya shot-shotnya seperti ini gambar di bawah ini       Gambar 5       Note : Jadi kalo si sutradara menyuruh DOP nya memasang gambar Wide / lebar (nampak keseluruhan) maka si Clapper Board harus menuliskan SHOT 1 atau bisa disebut SHOT MASTER. Kemudian jika kamera merekam gambar CLOSE UP (CU/COVER) nya si Pemuda maka tulis SHOT 2 di papan slate tersebut, kemudian seterusnya.       3. Untuk yang lebih rumit lagi shot-shotnya, maka akan seperti gambar di bawah ini       Gambar 6       Note : Jadi jika Sutradara menyuruh DOP mengambil gambar Wide / lebar / master dan menyuruh pemain menghabiskan adegannya dalam frame wide, maka si clapper board harus menuliskan SHOT 1 + 6, artinya SHOT MASTER ditambah SHOT ENDING. Biar nantinya si Editor tau kalo pas awal shot harus Wide kemudian harus cover-cover kemudian harus kembali ke gambar Wide di SHOT ENDING. Penulisan shotnya seperti gambar dibawah ini.       Gambar 7       Note : Dan jika sutradara menyuruh Dop mengambil gambar Close Up (CU) Pemuda maka si Clapper menuliskan SHOT 2 + 4 dan jika CU Putri Raja, maka clapper menuliskan SHOT 3 + 5. Contohnya seperti gambar dibawah ini.       Gambar 8       Note : Kenapa harus Shot 2 + 4 dan shot 3 + 5 ? Karna sebagai panduan untuk si editor menyunting gambar. Maksudnya pas awal, editor harus pasang gambar SHOT 1 (wide/master) kemudian dilanjut pasang gambar SHOT 2 (CU Pemuda) nah kemudian pasang gambar SHOT 3 (CU Putri) lalu pasang SHOT 4 (CU Pemuda) kemudian pasang SHOT 5 (CU Putri) nah kemudian baru pasang SHOT 6 (wide / lebar ending). Biar pas dialog antar pemain terjadi ‘tik tok’ atau ‘ping pong’ atau balas membalas.       KETIGA, Sekarang saya akan kasih panduan cara memahami apa ‘maunya’ sang sutradara. Yang dimaksud maunya tuh shot-shot yang dikehendaki sutradara loh ya (jangan ngeres otaknya ngahahaha). di Tips KEDUA di atas, shot-shot yang saya jabarkan itu hanya menggunakan cara standar dengan melihat script/skrip naskah skenario. Tapi fakta di lapangan belum tentu si sutradara menghendaki shot-shot seperti itu. Belum pasti SHOT 1 itu mengambil gambar WIDE / LEBAR, bisa jadi si sutradara menghendaki SHOT 1 itu mengambil gambar medium atau cover pemain, dan mungkin baru SHOT 2 nya WIDE / LEBAR.       Beberapa sutradara itu ada yang baik banget ngasih detail shot-shotnya buat si pemegang clap. Maksudnya, setelah sutradara bedah skenario dan menjelaskan move atau pergerakan kamera, perlengkapan artistik, make up artis/kostum, dan lain-lain kepada kru utama DOP/Lighting, Art, Wardrobe dalam satu adegan atau scene. Biasanya sutradara akan ngasih tau ke clapper board soal shot-shot yang akan diambil disertai penjelasannya. Contohnya :       SHOT 1 : Gambar medium Putri raja yang gelisah.   SHOT 2 : Gambar Wide, Pemuda in frame mendekati Putri.   SHOT 3 : Gambar Two Shot / Medium, Dua pemain in frame, keduanya berpelukan.       Dan lain-lain......       Tapi ada beberapa sutradara yang tidak memberitahukan shot-shot serta penjelasannya. Jadi ketika sutradara serta asistennya, DOP, Lighting, Art, dan yang lain-lainnya sedang bedah skenario. Maka seorang clapper board harus memperhatikan segala arahan yang sutradara bicarakan terutama ke DOP. Biasanya memberi pengarahan tentang blocking kamera serta cahaya yang harus ada di lokasi.       Contohnya, sutradara akan bilang begini, “Nanti kita ambil gambar pertama establish pendopo, kemudian kita shot medium atau CU ke Putri raja, nanti kemudian dari belakang si pemeran pemuda akan in frame, jadi kita ambil shot lebar, kita habiskan adegan mereka dulu sampai ending dialog dan sampai si pemeran pemuda out frame, para prajurit in frame. Kemudian kita baru ambil gambar mereka berpelukkan, posisi blockingnya di tengah pendopo, kita ambil two shot mereka, nanti mereka saling tik tok bla bla bla, kita ambil cover pemuda kemudian kita ambil cover si pemeran Putri raja. Nantinya kita ganjel shot atau POV Putri raja melihat kedatangan para prajurit. Kemudian nanti kita ambil shot medium Putri di adegan ending untuk menampakkan kesedihan dengan melihat kepergian pemuda. dan kita kasih juga POV putri melihat pemuda itu menjauh.”       Nah pusing kan penjelasannya, emang begitu sih keadaanya ngahaha. Makanya si clapper board harus punya pegangan skenario sendiri. Sebelum sutradara bedah skenario di lokasi, si clapper harus baca dan pahami dari adegan atau scene yang bakalan diambil take nya.       Nantinya jika sutradara akan mengambil adegan pemeran tokoh keduanya berpelukkan, si clapper harus tau bahwa adegan itu berarti SHOT 4. Nah kita harus lompati shotnya atau istilahnya JUMPING SHOT. Kenapa harus SHOT 4?, coba ketika sutradara menjelaskan pergerakkan kamera ke DOP, si clapper harus memperhatikan dan menuliskan rincian shotnya. Jadi beberapa shotnya akan seperti ini :       SHOT 1 : ESTABLISH PENDOPO   SHOT 2 : Medium shot Putri   SHOT 3 : Kamera Wide / lebar, sampai pemuda in frame, mereka berpelukkan, saling dialog, ada prajurit datang, si pemuda langsung out frame.   SHOT 4 : Two shot dua pemain berpelukkan serta melepas   SHOT 5 : CU Pemuda   SHOT 6 : CU Putri   SHOT 7 : POV putri melihat prajurit datang atau bisa juga shot INSERT   SHOT 8 : Wide prajurit menghampiri putri   SHOT 9 : Medium shoot Putri   SHOT 10 : POV Putri melihat pemuda lari menjauh   SHOT 11 : CU Putri menangis       Nah rinciannya seperti itu, jadi ketika sutradara minta DOP ngambil shoot lebar wide trus menyuruh pemain menghabiskan adegan dalam satu take, maka clapper harus pasang SHOT 3 + 8 (shot master dan shot ending), contohnya seperti gambar dibawah ini :       Gambar 9       Note : Jika terjadi kesalahan adegan, semisal pemainnya lupa dialog, kamera bergoyang, mungkin sutradara akan menyuruh TAKE ulang, jadi ya clapper harus mengganti kolom TAKE 1 menjadi TAKE 2 dan seterusnya sampai sutradara puas.        Tapi jika adegannya hampir ending trus salah satu pemainnya melakukan kesalahan, biasanya sutradara akan bilang, “LANJUT pas adegan selanjutnya atau pas endingnya”. Nah clapper bukan merubah TAKE nya tapi ubahlah shotnya atau menambahkan tulisan ‘LANJUT’ di bawah tulisan SHOT 3 + 8 dan tulis TAKE 1. Contohnya seperti ini       Gambar 10       Note : Kenapa harus begitu? trus nanti adegannya kacau donk. Halah, kan ada shot cover-covernya buat ganjel shotnya. Dan jika terjadi kesalahan lagi padahal adeganya hampir ending, maka sutradara pun akan bilang lagi, “LANJUT!”. Jadi clapper harus tulis ‘LANJUT 2’ dibawah SHOT 3 + 8 dan tulis TAKE 1. Contohnya seperti ini       Gambar 11       Nah kemudian jika ada yang bertanya, “Katanya tadi jika shot CU pemain, shotnya harus double atau ditambah plus, kok dirincian cuma satu shoot doank?.” Misalnya di SHOT 5 CU Pemuda, kemudian di SHOT 6 CU Putri. Di papan slate boleh aja ditulis begitu doank, tapi kalo pengin lebih rinci lagi, bisa dengan menambahkan huruf. Begini jadinya, SHOT 5 + 6 A buat CU Pemuda, dan SHOT 6 + 6 B. Contoh gambarnya seperti ini       Gambar 12       Note : Kenapa begitu? jadi begini ketika si editor menyunting gambar, maka editor akan pasang gambar shot 5 (cu pemuda), kemudian pasang shot 6 (cu Putri), kemudian pasang shot 6A (cu pemuda), dan pasang shot 6B (cu Putri).       Mungkin kamu bertanya, kenapa CU Putri enggak pake SHOT 6 + 7A? Ingat SHOT 7 itu POV (Point of View / sudut pandang) dari Putri melihat prajurit datang. Jadi Kalo SHOT 7A jatuhnya seperti SHOT 9 (medium shot Putri). Padahal yang dikehendaki sutradara adalah ping pong dialog antar shot pemuda dengan Putri, begitu.       Untuk SHOT INSERT biasanya digunakan untuk ganjel shoot yang menampilkan gambar yang lumayan dekat, contohnya shoot cincin, kalung, dll. Tapi bisa juga untuk shot untuk gambar yang enggak ada dialognya. Contohnya untuk shot prajurit berlari mendekat.       Dan perlu diingat, sutradara enggak mungkin mengambil adegan secara berurutan. Maksudnya sutradara enggak mungkin mengambil gambar shot 1 kemudian shot 2 kemudian seterusnya, tetapi sutradara akan sering mengambil secara random atau acak. Misalnya dia akan mengambil CU Pemain dulu, atau mengambil gambar POV dulu. Jadi kita perlu memahami, apa yang akan sutradara ambil gambarnya, dan kita udah siap dengan shot-shotnya.       Misalkan kalo sutradara ngambil gambar dua pemain berpelukan, trus si clapper terlanjur menuliskan SHOT 2, padahal secara rincian seharusnya SHOT 4. Tenang, bisa kita akalin. Jika nantinya sutradara akan ambil gambar di luar pendopo, bisa kita tulis SHOT ESTABLISH di papan slate, kemudian jika mau ngambil gambar medium Putri gelisah bisa tulis SHOT 1, kemudian jika sutradara mau ngambil shot wide maka bisa kita tulis SHOT 1B. Pokoknya bisa kita selipkan huruf dibelakang nomer shot. Bisa 1 C, 1 D, 2 A, 2E, 3B, 3 C, dan seterusnya tergantung kebutuhan akan kesalahan. Dan jika nantinya sudah kita tulis SHOT 2 dan ternyata sutradara tadi menghendaki gambar tadi adalah master awal, tenang saja, walaupun SHOT 1 nya enggak ada, yang penting kita tulis keterangan di skenario kita buat panduan ke editor.       KEEMPAT, Sekarang saya akan kasih info mengenai seputar menjadi seorang clapper board. Saya dipostingan ini memang lebih menitikberatkan pada shoot-shootnya, karena jika mengenai SCENE dan TAKE, pasti kebanyakkan dari kamu udah tau tanpa perlu dikasih tau lagi.        Tetapi sebenarnya, yang terpenting di papan clap atau slate itu tertulis jelas SCENE nya, selebihnya juga penting tapi enggak terlalu banget. Karena urutan scene atau adegan itu jangan ditawar lagi, kalo si clapper nulis urutan scene nya salah dan si editornya enggak baca skenario, maka mampuslah sudah filmnya bakalan kacau urutan ceritanya. Dan jangan salahkan editornya, karena dia juga pusing melihat File-file footage begitu banyaknya, dan tak ingin pusing akhirnya dia melihat setiap urutan scene tanpa melihat skrip terlebih dahulu. Maksudnya, Jika ternyata di papan clap tertulis SCENE 30, padahal adegan itu ternyata SCENE 10, maka kacaulah sudah urutan scene nya jika si editor tak menyadarinya.       Untuk SHOOT, sebenarnya enggak terlalu penting, tapi akan sangat penting jika si sutradara sangat kreatif mengolah angle kamera. Si Sutradara mau urutan shoot-shootnya seperti begini, maka pas di edit oleh editor ya harus sesuai urutan shoot yang tertulis jelas di papan clap atau slate. Tapi jika sutradara hanya gampangan saja ngambil gambar, maka urutan shoot mungkin bisa diakal-akalin atau diubah sedikit oleh sang Editor. Dan jika terjadi kesalahan dalam penulisan Shoot, itu masih bisa dimaklumi kok, karena si Editor juga enggak bego-bego amat. Misalkan, si clapper pasang SHOOT 2 padahal adegan itu adegan awal pertemuan antar tokoh, nah kemudian pas adegan saling berpamitan, eh si clapper malah pasang SHOOT 1, kan kebalik tuh urutannya. Nah pasti si editor juga bakal paham, enggak mungkin si editor bakalan pasang gambar tanpa berpikir logika. Dan juga biasanya editor sering didampingin sama astrada (asisten sutradara) atau kru lain (departemen penyutradaraan) selama kru tersebut berada di lokasi dalam proses syuting.       Untuk TAKE, tak perlu dijelaskan lagi, kamu juga udah tau kan maksudnya. Dan itu juga mempermudah editor memasang gambar yang tak terjadi kesalahan adegan atau yang sutradara udah bilang, “OKE / GOOD”, alias TAKE OKE. Biasanya sih TAKE oke itu pasti TAKE yang nomernya paling besar, tapi tak menutup kemungkinan TAKE yang salah pun bisa dipergunakan oleh si editor (disebabkan beberapa hal).       Untuk JUDUL, NAMA SUTRADARA, NAMA DOP itu juga penting, karna terkadang si editor juga bukan satu judul film doank yang dia kerjakan. Kalo judulnya engga ditulis, maka si editor juga bakal kebingungan, “Nih film yang mana ya?”.       Dan untuk DATE (Hari, tanggal, bulan, tahun) itu juga penting. Karena apa? biasanya sutradara sering ‘UTANG SHOOT’ atau JUMPING SHOOT. Maksudnya begini, di hari senin adegannya seharusnya pemainnya harus ada dua orang, tetapi hari itu yang datang hanya satu pemain. Jadi akhirnya sutradara mengakali dengan mengambil gambar CU satu pemain aja, dan clapper pasang SHOT 1 + 3. Nah di hari berikutnya hari selasa, si pemain yang kemarin engga hadir sekarang ada, nah sutradara ngambil CU pemain itu, dan clapper pasang SHOOT 2 + 4. Jadi si editor tahu di SCENE 10, shoot 1 + 3 ada di hari senin, dan shoot 2 + 4 itu ada di hari selasa. Begitu.....       Perlengkapan seorang clapper board yaitu jelas papan slate, spidol permanen (buat nulis JUDUL, SCENE, SHOOT, TAKE, dan lain-lain), spidol biasa (buat nulis nomer scene, urutan shoot, urutan take), penghapus (bisa pake tisu kering kecil trus ditempelkan di atas spidol biasa), trus Lotion anti nyamuk (buat menghapus tulisan spidol permanen). Kadang juga harus bawa lakban hitam buat bikin tanda blocking pemain.       Saya kira udah dulu penjelasannya, masih banyak banget nanti saya lanjutkan di postingan berikutnya, Insya Allah.       Jika butuh pertanyaan atau saran ataupun kritik, silahkan buka menu ABOUT atau menu KRITIK/SARAN.

Di Indonesia, seorang clapper board itu masuk ke dalam Departemen Penyutradaraan. Si clapper board itu berhubungan erat dengan orang yang bertugas menjadi pencatat script/skrip atau pencatat adegan, dan biasanya kedua tugas itu diemban atau dibebankan untuk satu orang saja (biasa itu bro, masalah budget mah). Para asisten sutradara dan sutradara saya dulu pernah bilang ke saya, “Jef, kalo udah terbiasa jadi pemegang clap dan pencatat skrip di film action (laga / kolosal) pasti bakalan cepet pinter, dan nantinya kalo bikin film drama bakalan encer diluar kepala masalah shot sama skripnya.

Tujuan papan clap atau slate itu untuk apa? fungsinya untuk mempermudah si Editor menyunting footage-footage video yang masih berceceran di dalam file. Karena di papan slate terpampang jelas, SCENE berapa (nomer adegan yang diambil), SHOT keberapa (urutan dari pengambilan gambar dalam satu adegan), dan TAKE (pengambilan gambar yang telah diambil). Dan banyak yang salah kaprah, seorang Editor seharusnya tidak boleh merubah shot-shot dari sutradara yang udah jelas tertulis di papan slate, tapi kebanyakkan dari Editor suka banget ngerubah-ubah shot seenaknya sendiri. Tugas Editor itu cuma menyelaraskan antara gambar/suara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah film yang utuh serta tetap menjaga Continuity (kesinambungan).

cara menggunakan clapperboard



PERTAMA, saya akan kasih panduan cara mengisi papan clap.

1. Oke langsung aja saya kasih gambar papan clap atau papan slate yang masih kosong.

2. Nah setelah itu saya menggambar garis-garis menyerupai kotak-kotak seperti dalam gambar di bawah ini.

3. Saya isikan Judul Film, SCENE, SHOT, TAKE, DIRECTOR, DOP, DATE.

Note: Warna default garis tersebut tentu saja hitam (Harus menggunakan spidol permanen supaya enggak gampang terhapus).


KEDUA, saya akan kasih contoh naskah film (buatan saya sendiri) untuk menjadi latihan praktek cara mengisi papan clap atau slate.

Contoh skrip :

JUDUL FILM

JAVANESE
Sutradara oleh Jeffri Ardiyanto
D.O.P oleh @jef_ar

SCENE 1 INT. PENDOPO ISTANA – NIGHT

Seorang putri raja sedang berdiri gelisah sembari mengedarkan pandangannya ke isi ruangan. Tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan dari belakangnya kemudian mereka berpelukan.

PEMUDA
(sambil melepaskan badannya dari dekapan sang putri)
 “Sudahlah Tuan Putri, jangan mencintai aku lagi. Engkau seorang putri raja tak pantas bersama pemuda miskin sepertiku.”

PUTRI RAJA
(sambil mengusap air matanya)
“Tak perlu kakang berbicara seperti itu. Aku mencintaimu setulus hati tanpa melihat statusmu.”

PEMUDA
“Tapi bagaimana dengan Romo mu?”

PUTRI RAJA
“Sudahlah kakang, Aku tak peduli jika Romo tak merestui kita. Aku tetap mencintaimu sepenuhnya.”

Disaat mereka kembali berpelukkan, dari arah belakang terlihat beberapa prajurit berlari mendekat. Si Pemuda itu melepaskan pelukannya kemudian berlari menjauh. Dan Putri hanya memandangi kepergian sang pemuda sembari menitikkan airmata.

CUT TO


1. Isikan Judulnya, Scene, Nama Sutradaranya (Director), Nama D.O.P (Director of Photography/Kameramen), dan DATE (hari, tanggal, bulan, tahun). Ingat pake spidol permanen.

2. Baca kembali skripnya / naskah skenario filmnya. Kalo cuman mengikuti standar, biasanya shot-shotnya seperti ini gambar di bawah ini

Note : Jadi kalo si sutradara menyuruh DOP nya memasang gambar Wide / lebar (nampak keseluruhan) maka si Clapper Board harus menuliskan SHOT 1 atau bisa disebut SHOT MASTER. Kemudian jika kamera merekam gambar CLOSE UP (CU/COVER) nya si Pemuda maka tulis SHOT 2 di papan slate tersebut, kemudian seterusnya.

3. Untuk yang lebih rumit lagi shot-shotnya, maka akan seperti gambar di bawah ini

Note : Jadi jika Sutradara menyuruh DOP mengambil gambar Wide / lebar / master dan menyuruh pemain menghabiskan adegannya dalam frame wide, maka si clapper board harus menuliskan SHOT 1 + 6, artinya SHOT MASTER ditambah SHOT ENDING. Biar nantinya si Editor tau kalo pas awal shot harus Wide kemudian harus cover-cover kemudian harus kembali ke gambar Wide di SHOT ENDING. Penulisan shotnya seperti gambar dibawah ini.



Note : Dan jika sutradara menyuruh Dop mengambil gambar Close Up (CU) Pemuda maka si Clapper menuliskan SHOT 2 + 4 dan jika CU Putri Raja, maka clapper menuliskan SHOT 3 + 5. Contohnya seperti gambar dibawah ini.

Note : Kenapa harus Shot 2 + 4 dan shot 3 + 5 ? Karna sebagai panduan untuk si editor menyunting gambar. Maksudnya pas awal, editor harus pasang gambar SHOT 1 (wide/master) kemudian dilanjut pasang gambar SHOT 2 (CU Pemuda) nah kemudian pasang gambar SHOT 3 (CU Putri) lalu pasang SHOT 4 (CU Pemuda) kemudian pasang SHOT 5 (CU Putri) nah kemudian baru pasang SHOT 6 (wide / lebar ending). Biar pas dialog antar pemain terjadi ‘tik tok’ atau ‘ping pong’ atau balas membalas.


KETIGA, Sekarang saya akan kasih panduan cara memahami apa ‘maunya’ sang sutradara. Yang dimaksud maunya tuh shot-shot yang dikehendaki sutradara loh ya (jangan ngeres otaknya ngahahaha). di Tips KEDUA di atas, shot-shot yang saya jabarkan itu hanya menggunakan cara standar dengan melihat script/skrip naskah skenario. Tapi fakta di lapangan belum tentu si sutradara menghendaki shot-shot seperti itu. Belum pasti SHOT 1 itu mengambil gambar WIDE / LEBAR, bisa jadi si sutradara menghendaki SHOT 1 itu mengambil gambar medium atau cover pemain, dan mungkin baru SHOT 2 nya WIDE / LEBAR.

Beberapa sutradara itu ada yang baik banget ngasih detail shot-shotnya buat si pemegang clap. Maksudnya, setelah sutradara bedah skenario dan menjelaskan move atau pergerakan kamera, perlengkapan artistik, make up artis/kostum, dan lain-lain kepada kru utama DOP/Lighting, Art, Wardrobe dalam satu adegan atau scene. Biasanya sutradara akan ngasih tau ke clapper board soal shot-shot yang akan diambil disertai penjelasannya. Contohnya :

SHOT 1 : Gambar medium Putri raja yang gelisah.

SHOT 2 : Gambar Wide, Pemuda in frame mendekati Putri.

SHOT 3 : Gambar Two Shot / Medium, Dua pemain in frame, keduanya berpelukan.

Dan lain-lain......

Tapi ada beberapa sutradara yang tidak memberitahukan shot-shot serta penjelasannya. Jadi ketika sutradara serta asistennya, DOP, Lighting, Art, dan yang lain-lainnya sedang bedah skenario. Maka seorang clapper board harus memperhatikan segala arahan yang sutradara bicarakan terutama ke DOP. Biasanya memberi pengarahan tentang blocking kamera serta cahaya yang harus ada di lokasi.

Contohnya, sutradara akan bilang begini, “Nanti kita ambil gambar pertama establish pendopo, kemudian kita shot medium atau CU ke Putri raja, nanti kemudian dari belakang si pemeran pemuda akan in frame, jadi kita ambil shot lebar, kita habiskan adegan mereka dulu sampai ending dialog dan sampai si pemeran pemuda out frame, para prajurit in frame. Kemudian kita baru ambil gambar mereka berpelukkan, posisi blockingnya di tengah pendopo, kita ambil two shot mereka, nanti mereka saling tik tok bla bla bla, kita ambil cover pemuda kemudian kita ambil cover si pemeran Putri raja. Nantinya kita ganjel shot atau POV Putri raja melihat kedatangan para prajurit. Kemudian nanti kita ambil shot medium Putri di adegan ending untuk menampakkan kesedihan dengan melihat kepergian pemuda. dan kita kasih juga POV putri melihat pemuda itu menjauh.”

Nah pusing kan penjelasannya, emang begitu sih keadaanya ngahaha. Makanya si clapper board harus punya pegangan skenario sendiri. Sebelum sutradara bedah skenario di lokasi, si clapper harus baca dan pahami dari adegan atau scene yang bakalan diambil take nya.

Nantinya jika sutradara akan mengambil adegan pemeran tokoh keduanya berpelukkan, si clapper harus tau bahwa adegan itu berarti SHOT 4. Nah kita harus lompati shotnya atau istilahnya JUMPING SHOT. Kenapa harus SHOT 4?, coba ketika sutradara menjelaskan pergerakkan kamera ke DOP, si clapper harus memperhatikan dan menuliskan rincian shotnya. Jadi beberapa shotnya akan seperti ini :

SHOT 1 : ESTABLISH PENDOPO

SHOT 2 : Medium shot Putri

SHOT 3 : Kamera Wide / lebar, sampai pemuda in frame, mereka berpelukkan, saling dialog, ada prajurit datang, si pemuda langsung out frame.

SHOT 4 : Two shot dua pemain berpelukkan serta melepas

SHOT 5 : CU Pemuda

SHOT 6 : CU Putri

SHOT 7 : POV putri melihat prajurit datang atau bisa juga shot INSERT

SHOT 8 : Wide prajurit menghampiri putri

SHOT 9 : Medium shoot Putri

SHOT 10 : POV Putri melihat pemuda lari menjauh

SHOT 11 : CU Putri menangis

Nah rinciannya seperti itu, jadi ketika sutradara minta DOP ngambil shoot lebar wide trus menyuruh pemain menghabiskan adegan dalam satu take, maka clapper harus pasang SHOT 3 + 8 (shot master dan shot ending), contohnya seperti gambar dibawah ini :

Note : Jika terjadi kesalahan adegan, semisal pemainnya lupa dialog, kamera bergoyang, mungkin sutradara akan menyuruh TAKE ulang, jadi ya clapper harus mengganti kolom TAKE 1 menjadi TAKE 2 dan seterusnya sampai sutradara puas. 

Tapi jika adegannya hampir ending trus salah satu pemainnya melakukan kesalahan, biasanya sutradara akan bilang, “LANJUT pas adegan selanjutnya atau pas endingnya”. Nah clapper bukan merubah TAKE nya tapi ubahlah shotnya atau menambahkan tulisan ‘LANJUT’ di bawah tulisan SHOT 3 + 8 dan tulis TAKE 1. Contohnya seperti ini

Note : Kenapa harus begitu? trus nanti adegannya kacau donk. Halah, kan ada shot cover-covernya buat ganjel shotnya. Dan jika terjadi kesalahan lagi padahal adeganya hampir ending, maka sutradara pun akan bilang lagi, “LANJUT!”. Jadi clapper harus tulis ‘LANJUT 2’ dibawah SHOT 3 + 8 dan tulis TAKE 1. Contohnya seperti ini


Nah kemudian jika ada yang bertanya, “Katanya tadi jika shot CU pemain, shotnya harus double atau ditambah plus, kok dirincian cuma satu shoot doank?.” Misalnya di SHOT 5 CU Pemuda, kemudian di SHOT 6 CU Putri. Di papan slate boleh aja ditulis begitu doank, tapi kalo pengin lebih rinci lagi, bisa dengan menambahkan huruf. Begini jadinya, SHOT 5 + 6 A buat CU Pemuda, dan SHOT 6 + 6 B. Contoh gambarnya seperti ini



Note : Kenapa begitu? jadi begini ketika si editor menyunting gambar, maka editor akan pasang gambar shot 5 (cu pemuda), kemudian pasang shot 6 (cu Putri), kemudian pasang shot 6A (cu pemuda), dan pasang shot 6B (cu Putri).

Mungkin kamu bertanya, kenapa CU Putri enggak pake SHOT 6 + 7A? Ingat SHOT 7 itu POV (Point of View / sudut pandang) dari Putri melihat prajurit datang. Jadi Kalo SHOT 7A jatuhnya seperti SHOT 9 (medium shot Putri). Padahal yang dikehendaki sutradara adalah ping pong dialog antar shot pemuda dengan Putri, begitu.

Untuk SHOT INSERT biasanya digunakan untuk ganjel shoot yang menampilkan gambar yang lumayan dekat, contohnya shoot cincin, kalung, dll. Tapi bisa juga untuk shot untuk gambar yang enggak ada dialognya. Contohnya untuk shot prajurit berlari mendekat.

Dan perlu diingat, sutradara enggak mungkin mengambil adegan secara berurutan. Maksudnya sutradara enggak mungkin mengambil gambar shot 1 kemudian shot 2 kemudian seterusnya, tetapi sutradara akan sering mengambil secara random atau acak. Misalnya dia akan mengambil CU Pemain dulu, atau mengambil gambar POV dulu. Jadi kita perlu memahami, apa yang akan sutradara ambil gambarnya, dan kita udah siap dengan shot-shotnya.

Misalkan kalo sutradara ngambil gambar dua pemain berpelukan, trus si clapper terlanjur menuliskan SHOT 2, padahal secara rincian seharusnya SHOT 4. Tenang, bisa kita akalin. Jika nantinya sutradara akan ambil gambar di luar pendopo, bisa kita tulis SHOT ESTABLISH di papan slate, kemudian jika mau ngambil gambar medium Putri gelisah bisa tulis SHOT 1, kemudian jika sutradara mau ngambil shot wide maka bisa kita tulis SHOT 1B. Pokoknya bisa kita selipkan huruf dibelakang nomer shot. Bisa 1 C, 1 D, 2 A, 2E, 3B, 3 C, dan seterusnya tergantung kebutuhan akan kesalahan. Dan jika nantinya sudah kita tulis SHOT 2 dan ternyata sutradara tadi menghendaki gambar tadi adalah master awal, tenang saja, walaupun SHOT 1 nya enggak ada, yang penting kita tulis keterangan di skenario kita buat panduan ke editor.


KEEMPAT, Sekarang saya akan kasih info mengenai seputar menjadi seorang clapper board. Saya dipostingan ini memang lebih menitikberatkan pada shoot-shootnya, karena jika mengenai SCENE dan TAKE, pasti kebanyakkan dari kamu udah tau tanpa perlu dikasih tau lagi. 

Tetapi sebenarnya, yang terpenting di papan clap atau slate itu tertulis jelas SCENE nya, selebihnya juga penting tapi enggak terlalu banget. Karena urutan scene atau adegan itu jangan ditawar lagi, kalo si clapper nulis urutan scene nya salah dan si editornya enggak baca skenario, maka mampuslah sudah filmnya bakalan kacau urutan ceritanya. Dan jangan salahkan editornya, karena dia juga pusing melihat File-file footage begitu banyaknya, dan tak ingin pusing akhirnya dia melihat setiap urutan scene tanpa melihat skrip terlebih dahulu. Maksudnya, Jika ternyata di papan clap tertulis SCENE 30, padahal adegan itu ternyata SCENE 10, maka kacaulah sudah urutan scene nya jika si editor tak menyadarinya.

Untuk SHOOT, sebenarnya enggak terlalu penting, tapi akan sangat penting jika si sutradara sangat kreatif mengolah angle kamera. Si Sutradara mau urutan shoot-shootnya seperti begini, maka pas di edit oleh editor ya harus sesuai urutan shoot yang tertulis jelas di papan clap atau slate. Tapi jika sutradara hanya gampangan saja ngambil gambar, maka urutan shoot mungkin bisa diakal-akalin atau diubah sedikit oleh sang Editor. Dan jika terjadi kesalahan dalam penulisan Shoot, itu masih bisa dimaklumi kok, karena si Editor juga enggak bego-bego amat. Misalkan, si clapper pasang SHOOT 2 padahal adegan itu adegan awal pertemuan antar tokoh, nah kemudian pas adegan saling berpamitan, eh si clapper malah pasang SHOOT 1, kan kebalik tuh urutannya. Nah pasti si editor juga bakal paham, enggak mungkin si editor bakalan pasang gambar tanpa berpikir logika. Dan juga biasanya editor sering didampingin sama astrada (asisten sutradara) atau kru lain (departemen penyutradaraan) selama kru tersebut berada di lokasi dalam proses syuting.

Untuk TAKE, tak perlu dijelaskan lagi, kamu juga udah tau kan maksudnya. Dan itu juga mempermudah editor memasang gambar yang tak terjadi kesalahan adegan atau yang sutradara udah bilang, “OKE / GOOD”, alias TAKE OKE. Biasanya sih TAKE oke itu pasti TAKE yang nomernya paling besar, tapi tak menutup kemungkinan TAKE yang salah pun bisa dipergunakan oleh si editor (disebabkan beberapa hal).

Untuk JUDUL, NAMA SUTRADARA, NAMA DOP itu juga penting, karna terkadang si editor juga bukan satu judul film doank yang dia kerjakan. Kalo judulnya engga ditulis, maka si editor juga bakal kebingungan, “Nih film yang mana ya?”.

Dan untuk DATE (Hari, tanggal, bulan, tahun) itu juga penting. Karena apa? biasanya sutradara sering ‘UTANG SHOOT’ atau JUMPING SHOOT. Maksudnya begini, di hari senin adegannya seharusnya pemainnya harus ada dua orang, tetapi hari itu yang datang hanya satu pemain. Jadi akhirnya sutradara mengakali dengan mengambil gambar CU satu pemain aja, dan clapper pasang SHOT 1 + 3. Nah di hari berikutnya hari selasa, si pemain yang kemarin engga hadir sekarang ada, nah sutradara ngambil CU pemain itu, dan clapper pasang SHOOT 2 + 4. Jadi si editor tahu di SCENE 10, shoot 1 + 3 ada di hari senin, dan shoot 2 + 4 itu ada di hari selasa. Begitu.....

Perlengkapan seorang clapper board yaitu jelas papan slate, spidol permanen (buat nulis JUDUL, SCENE, SHOOT, TAKE, dan lain-lain), spidol biasa (buat nulis nomer scene, urutan shoot, urutan take), penghapus (bisa pake tisu kering kecil trus ditempelkan di atas spidol biasa), trus Lotion anti nyamuk (buat menghapus tulisan spidol permanen). Kadang juga harus bawa lakban hitam buat bikin tanda blocking pemain.

Saya kira udah dulu penjelasannya, masih banyak banget nanti saya lanjutkan di postingan berikutnya, Insya Allah.

Jika butuh pertanyaan atau saran ataupun kritik, silahkan buka menu ABOUT atau menu KRITIK/SARAN.

Demikian artikel tentang cara menggunakan clapperboard, semoga bermanfaat

0 Response to "Cara Menggunakan Dan Menjadi CLAP(PER) BOARD FILM"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel